Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Desa ini memang sangat kritis dengan jumlah penduduk sekitar 150 orang terdiri dari 35 keluarga saja dan luas desa sekitar 2 hektar. Makin lama makin berkurang jumlah penduduknya. Oleh karena itu perlu promosi lebih lanjut supaya desa tersebut tidak mati, tidak kehilangan penduduk. Maka muncullah boneka-boneka di berbagai tempat di sana. Terkenallah sebagai Desa Boneka Jepang.
"Penduduk kami hanya sekitar 150 orang terdiri dari 35 kepala keluarga," kata kepala desa Kakashimura, Tsuzuki Yujiro (65) khusus kepada Tribunnews.com, Kamis (8/1/2015).
Dari Tsuzuki akhirnya diketahui bahwa ide pembuatan boneka tersebut berasal dari Tsukimi Ayano (65).
Tribunnews.com dikenalkan kepada Ayano dan mewawancarainya sekitar 30 menit.
"Saya memang kelahiran desa ini," katanya memulai pembicaraan.
"Setelah SMP saya pergi ke Osaka, sekitar 40 tahun tinggal di Osaka sebagai warga yang bekerja di kota besar itu lalu 11 tahun punya ide. Saya suka sekali membuat boneka. Ini hobi. Saya berpikir apa cara membuat desa ini terkenal sehingga banyak didatangi orang dan bisa mempertahankan desa ini dengan baik? Lalu boneka yang saya buat itu saya letakkan di banyak tempat di Desa Kakashimura ini sejak 11 tahun lalu dan datanglah orang asing, Jerman dan sebagainya, meliputnya sehingga populer sekarang," jelasnya.
Selain Desa Kakashimura, Ayano juga membuat boneka untuk desa lain di Jepang seperti Desa Kamiyama dan sebagainya di Perfektur Tokushima, juga untuk mempopulerkan desa tersebut agar tetap bisa bertahan hidup dengan baik. Namun tampaknya Desa Kakashimuira yang paling populer saat ini di dunia.
20 Latihan Soal Matematika Kelas 5 SD BAB 4 Kurikulum Merdeka & Kunci Jawaban, Keliling Bangun Datar
Download Modul Ajar Serta RPP Seni Rupa Kelas 1 dan 2 Kurikulum Merdeka Lengkap Link Download Materi
Penduduk yang saat ini hanya 150 orang umumnya banyak yang pergi ke kota besar, lalu sisanya sekitar 35 orang terus menetap, setiap hari ada di desa tersebut.
"Yang paling muda saat ini kelas dua SMP hanya 2 orang, lalu usia 40 tahunan, usia 50 tahunan sekitar 3 orang, usia 60 tahunan sekitar 4 orang dan sisanya paling banyak usia 70 tahunan," papar Ayano.
Desa Kakashimura memiliki kekhususan ubi yang enak dan soba.
"Tiap tahun kita buat festival (Matsuri) agar orang kumpul ke sini, kita berikan makanan hasil pertanian dan juga ada produk jualan desa ini, sehingga ramai kembali desa ini. Semua kita usahakan demikian agar lebih menarik banyak yang mau ke desa ini," lanjutnya.
Dengan publikasi dari berbagai media saat ini, Ayano menganggap lumayan banyak wisatawan datang ke desa tersebut dengan tujuan melihat boneka-boneka manusia yang bertebaran di mana-mana di desa tersebut.
Ada yang di tepi sawah seperti duduk, ada yang di tempat penyimpanan beras, ada yang duduk di tumpukan kayu, ada yang seolah sedang bermain, ada yang seolah sedang bekerja di sawah. Semua berbentuk manusia dan menggunakan topi.
Juga menggunakan pakaian layaknya seperti manusia. Semua dari jauh mungkin kalau yang tak tahu menyangka ada manusia di sana.
Boneka dengan pakaian warna-warni dan ukuran cukup besar itu sekitar 60 cm tingginya, menarik perhatian para pengunjung atau wisatawan yang ke sana.
"Banyak wisatawan ke sini untuk meliput desa ini ada berfoto sama-sama dengan boneka tersebut. Semua diletakkan begitu saja di sana sampai saat ini agar dapat dinikmati para pengunjung," tambahnya.
Desa Kakashimura dekat Kota Miyoshi dan pegunungan Nagoro itu banyak terbantu pendapatannya dari sebuah industri pembangkit listrik dan industri lain yang ada di sana.
"Kalau cuma mengharapkan wisatawan saja mungkin masih sedikit uang yang masuk dan kehidupan susah ya," papar Tsuzuki.
Di tengah kesulitan jumlah penduduk dan kehidupan yang sepi itu, Tsuzuki juga tetap berusaha melindungi gunung dan alam sekitar agar dapat terlestarikan dengan baik.
Data dari kementerian dalam negeri Jepang, desa yang sangat kesulitan, berpenduduk hanya sedikit sekali ini di Jepang per data April 2013 ada lebih dari 10.000 lokasi. Belum diketahui bagaimana kehidupan mereka saat ini setelah jumlah penduduknya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.