TRIBUNNEWS.COM - Pengusaha raksasa media, Rupert Murdoch memilih menggunakan akun twitternya untuk menyampaikan pendapat kerasnya mengenai siapa pihak yang bertanggung jawab atas serangan teror pekan ini terhadap majalah satir Perancis, Charlie Hebdo.
Tweet tersebut langsung mengundang reaksi marah dan kritik keras di media sosial. Murdoch mengunggah tweetnya Hari Sabtu kemarin kepada lebih dari 500,000 pengikutnya.
"Mungkin mayoritas muslim pencinta damai, tapi sampai mereka mengenal dan menghancurkan kanker jihad mereka yang terus berkembang, maka mereka harus bertanggung jawab," kicau Rupert.
Tweet tersebut sudah di-retweet hampir 4,000 kali pada hari Minggu (11/1/2015) dan difavoritkan oleh lebih dari 2,000 orang. Namun tweet itu juga mengundang kemarahan dan serangan balik di media sosial.
Mayoritas mereka yang mengkritit pernyataan Murdoch itu mengatakan seluruh agama tidak boleh disalahkan atas aksi yang dilakukan oleh ekstrim minoritas.
Seperti kritik yang ditulis oleh seorang blogger asal Inggris, "Mereka (pelaku) sebagai kebanyakan orang muslim???? Anda tidak boleh menyalahkan agama yang dianut oleh miliaran orang bertanggung jawab atas tindakan dari hanya sebagian orang".
Banyak dari pengguna Twitter beramai-ramai mengunggah permohonan maaf dengan emoticon lidah dijulurkan atas pernyataan yang disampaikan Murdoch.
Penulis Matt Haig menulis, "Rupert Murdoch mengira seluruh muslim harus meminta maaf atas terorisme. Jadi atas nama semua orang kulit putih saya hendak meminta maaf atas pernyataan Rupert Murdoch".
Komedian Australia, Adam Hills juga bergabung dengan banyak orang yang mengkritik tweet Murdoch tersebut dengan mengatakan "Oh bagus, Rupert Murdoch telah memperkeruh perdebatan mengenai Charlie Hebdo. Saya bertanya-tanya kiranya mana yang usang, fanatik, sosiopat yang bisa memicu ini semua,"
Pengacara Akeela Ahmed menambahkan "Bagaimana 'muslim' harus menghancurkan para jihadis, ketika mereka juga ikut menjadi korban terbesar dari terorisme?"
Murdoch kemudian berbicara untuk meluruskan maksud dari pernyataannya di Twitter dengan mengatakan "Pembenaran politik telah menyebabkan penyangkalan dan kemunafikan".
Ini bukan pertama kalinya Rupert Murdoch telah menyebabkan kegemparan di Twitter. Baru-baru ini ia banyak dikritik karena tweet dia yang menyombongkan salah satu surat kabar tabloid miliknya, Sydney Daily Telegraph, adalah salah satu media yang pertama kali memecahkan kisah penyanderaan Sydney yang mematikan pada bulan Desember tahun lalu.
"AUST dikagetkan dengan teror Sydney. Hanya Daily Telegraph yang berhasil mengungkapkan tragedi berdarah pada pukul 02.00. Selamat," tweet Murdoch.
Pengguna Twitter bereaksi dengan kemarahan, menulis tweet ini tidak sensitif dan "memalukan."