TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Dia menjadi saksi bisu, ketika horor mematikan menjemput hayat 12 orang di kantor Charlie Hebdo, majalah satire mingguan yang berbasis di Paris, Prancis, Rabu pekan lalu.
Lila bingung, cemas, melewati tubuh-tubuh temannya sudah tak bernyawa, termasuk jurnalis dan kartunis Charlie Hebdo. Di hari pembunuhan, dia lekat dengan kartunis favoritnya, Jean Cabut atau Cabu.
Tak ada yang berubah dari Lila pagi itu. Sambil menggoyangkan ekornya, ia sapa semua orang. Lila, seekor anjing Cocker Spaniel menjadi figur yang sangat familiar untuk personel dan tamu Charlie Hebdo.
Cabu memiliki sentuhan lembut kepada Lila. Sehingga si anjing yang menjadi maskot Charlie Hebdo itu memilih duduk di dekat Cabu, saat redaksi pertama kalinya membahas editorial pertama di tahun baru.
Beberapa waktu sebelumnya, seperti biasa, Lila menyambut teman-temannya. Ia berlari-lari kecil di antara kaki-kaki mereka. Seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (13/1/2015).
Sigolene Vinson, jurnalis kriminal majalah tersebut kepada Le Monde mengaku melarikan diri ke dapur ketika suara tembakan menyalak, membunuh teman-temannya. Ia merangkak ke ruangan lain.
Ia mengingat jelas, dari salah satu sudut melihat pria bersenjata, bertutup kepala. Mata besar, gelap itu milik Said Kouachi, seorang pelaku teror yang belakangan sudah tewas dilumpuhkan polisi Prancis.
"Tak perlu takut. Aku tak akan membunuhmu. Kita tak membunuh perempuan." Begitu ucapan Said Kouachi yang masih diingat Sigolene sampai sekarang.
Said Kouachi melanjutkan, "Tapi pikirkanlah apa yang sudah kalian perbuat. Kalian melakukan hal salah. Saya membiarkanmu, tapi kamu harus membaca Alquran."
Sigolene dibiarkan hidup. Ia berbaring diam. Suara tembakan terdengar dari jalanan. Sambil merangkak, ia memberanikan diri menuju ruang rapat. "Lalu saya mendengar langkah kecil Lila," ingat Sigolene.
Lila berhenti sejenak, lalu beranjak dari ruangan untuk mencari orang yang dicintainya yang sudah tak bernyawa, Cabu. Hari sebelum meninggal, Lila sangat dekat dengan majikannya.