TRIBUNNEWS.COM, RIYADH - Tak ada yang istimewa dari kuburan King Abdullah bin Abdulaziz yang wafat di usia 90 tahun. Pemerintah Saudi memakamkan Abdullah pada Jumat (23/1/2015) di pemakaman Al Oud, tanpa nisan bertanda.
Sesuai dengan tradisi Muslim, jenazah Abdullah dimandikan dan langsung dikafani kain putih sederhana. Sejumlah kerabat membawanya dengan ambulans untuk disalatkan di Masjid Imam Turki Bin Abdullah di kota Riyadh, sebelum dimakamkan.
Salat jenazah akan langsung dipimpin Raja Salman dan dihadiri sejumlah kepala negara Muslim dan tokoh senior lainnya, termasuk Presiden Mesir Abdel Fatteh al-Sisi, sekutu terdekat Abdullah setelah pemberontakan musim semi Arab.
Hari berikutnya, sejumlah tokoh non-Muslim akan mengunjungi untuk memberikan penghormatan kepada raja baru dan putra mahkota, dan anggota lain dari dinasti Al Saud.
Seperti raja-raja Saudi sebelumnya yang sudah meninggal, pemerintah tidak mengeluarkan masa berkabung dan mengibarkan bendera satu tiang penuh. Meski di media sosial banyak yang merasa kehilangan atas meninggalnya Raja Abdullah.
Untuk menghindari kekhawatiran dan ketidakstabilan dinasti Saud, dan gejolak regional, kerajaan langsung menunjuk Raja Salma, sebagai raja penerus Abdullah dan Pangeran Mahkota Muqrin.
Keduanya akan menerima janji setia dari anggota keluarga penguasa, ulama Wahhabi, kepala suku, pengusaha terkemuka dan pelajaran Saudi lainnya.
Raja Salman sebagai pemegang otoritas kerajaan Saudi saat ini, sangat menentukan menghadapi kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayahnya dan jangka panjang menyoal harga minyak global yang terus turun.
Saat ini kepemimpinan Raja Salman dihadapkan pada persaingan kekuatan Muslim Syiah di Irak, Suriah, Yaman, Lebanon dan Bahrain. Bukan tidak mungkin membuka konflik dua negara tetangga terhadap ancaman militan Islam.
Sepertinya, Raja Salman tidak akan mengubah kebijakan luar negeri atau penjualan minyak. Kebijakan pragmatis seperti ini, konon sudah dijalankan Kerjaaan Saudi dalam mengelola keseimbangan ulama, suku, kerajaan dan kepentingan Barat.
"Saya pikir (Salman, red) akan melanjutkan warisan Abdullah. Dia menyadari pentingnya hal ini. Dia bukan pribadi yang konservatif, namun menghargai pendapat konstituen konservatif negaranya," ujar Jamal Khashoggi, kepala saluran berita milik pangeran Saudi.
Segera setelah Raja Abdullah meninggal, harga minyak langsung melonjak, Jumat (23/1/2015), dan menambah ketidakpastian di pasar energi dunia yang sudah mengalami sejumlah pergeseran terbesar dalam beberapa dekade. (Reuters/NBCnews/News24)