TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 300 orang ditangkap di Afrika Selatan terkait gelombang kekerasan terhadap imigran dari bagian lain dari Afrika, menteri dalam negeri Afsel mengumumkan.
Mendagri Malusi Gigaba juga memperingatkan para pelaku, dengan mengatakan bahwa mereka akan ditindak berdasarkan "kekuatan hukum sepenuhnya".
Sedikitnya enam orang tewas dalam kerusuhan dua minggu terakhir.
Kelompok bersenjata menyasar toko-toko yang dijalankan para imigran Afrika, dan menuduh mereka mengambil pekerjaan dari penduduk setempat.
Ribuan orang asing meninggalkan rumah mereka untuk berlindung di kamp-kamp darurat, dan negara tetangga Zimbabwe, Malawi dan Mozambik telah mengumumkan rencana untuk mengevakuasi warga mereka.
Berbicara dalam konferensi pers, Gigaba mengatakan 307 orang ditangkap terkait kekerasan-kekerasan itu.
"Kami melakukan segalanya untuk memulihkan perdamaian dan ketertiban," katanya. "Pemerintah akan menegakkan hukum dan tidak akan ragu-ragu untuk bertindak cepat dan tegas."
"Kami juga ingin memperingatkan secara keras bagi mereka yang melibatkan diri dalam kekerasan ini. Bahwa kami akan menemukan Anda, dan Anda akan ditindak dengan kekuatan penuh hukum "
Presiden Zuma dicemooh
Di Durban, Sabtu (18/04), Presiden Afsel Jacob Zuma mengatakan kepada sekelompok orang yang terusir akibat kekerasan, bahwa kerusuhan bertentangan nilai-nilai Afrika Selatan dan bahwa ia akan mengakhirinya, tapi ia dicemooh oleh sebagian orang banyak yang menuduhnya bertindak terlalu lamban.
Para pendatang, sebagian besar dari negara-negara Afrika lainnya dan Asia, berdatangan ke Afrika Selatan dalam jumlah besar sejak pemerintahan minoritas kulit putih berakhir pada tahun 1994. Banyak orang Afrika Selatan menuduh mereka mengambil pekerjaan, padahal pengangguran di negeri itu mencapai 24%.
Raja Zulu, Goodwill Zwelithini dituduh menyulut kekerasan dengan mengatakan bahwa orang asing harus "kembali ke negeri mereka". Namun, ia mengatakan kata-katanya telah diplintir.
Data resmi mencatat sekitar dua juta warga asing di Afrika Selatan, yang mencakup sekitar 4% dari jumlah keseluruhan penduduk. Tetapi beberapa perkiraan lain menaksir jumlah yang jauh lebih tinggi, hingga sekitar lima juta orang. (BBC)