Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasukan koalisi negara-negara Arab kembali menggempur pemberontak Houthi di Yaman dari hari Jumat hingga Sabtu kemarin.
Saudi Press Agency melaporkan bahwa serangan terbaru terhadap pemberontak Houthi tersebut berjumlah 130 serangan udara dalam kurun waktu 24 jam dengan sejumlah target termasuk sekolah dan rumah sakit.
Menurut juru bicara koalisi, Brigadir Jenderal Ahmed Asirim rumah sakit dan sekolah-sekolah yang disasar digunakan sebagai tempat penyimpanan senjata oleh pemberontak Houthi.
"Seseorang bertanya kepada saya tentang bagaimana mereka (Houthi) memiliki senjata jika kita menghancurkan depot mereka," kata Asiri.
"Saya mengatakan kepadanya mereka menyembunyikannya di rumah sakit, sekolah dan hotel," lanjutnya.
Dia menambahkan: "Meskipun kita tahu mereka menyembunyikan sesuatu di sana, kami tidak memukul mereka karena kita khawatir akan warga sipil."
Warga sipil yang berada di sekitar lokasi serangan, menurutnya telah diperingatkan untuk meninggalkan rumah mereka sebelum serangan terjadi. Peringatan itu diberikan kepada warga sipil yang tinggal di kota Sadaa, Maran, Albiqaa dan daerah perbatasan antara Arab Saudi dan Yaman.
Selain itu, juru bicara koalisi menuduh pemberontak Houthi mendirikan pos pemeriksaan dan mencegah warga sipil meninggalkan kota dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia.
Namun menurut Koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman, Johannes Van Der Klaauw serangan udara pasukan koalisi telah melanggar hukum kemanusiaan internasional.
"Pengeboman di daerah padat penduduk, dengan atau tanpa peringatan sebelumnya, adalah bertentangan dengan hukum kemanusiaan internasional," kata Van Der Klaauw dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan dia sangat prihatin dengan serangan udara di Saada, dimana dilaporkan menyebabkan sejumlah warga sipil tewas dan ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Dia juga disajikan kembali bahwa "semua pihak harus menghindari menggunakan daerah penduduk sebagai dasar untuk meluncurkan serangan."
Van Der Klaauw mengatakan konflik Yaman telah menewaskan lebih dari 1.400 orang sejak pertengahan Maret dan menyebabkan hampir 6.000 orang terluka. CNN