TRIBUNNEWS.COM, AMERIKA - Setelah tiga tahun kematiannya, perusahaan yang dipimpin Steve Jobs meningkat dua kali lipat besarnya dan terus terlibat dengan inovasi yang beresiko seperti jam tangan Apple.
“Ia bekerja sangat keras dalam beberapa tahun di akhir hidupnya untuk kesuksesan Apple dan membuat sistem dan cara berpikir yang terus hidup bahkan setelah ia pergi,” kata Rick Tetzeli, salah satu penulis Becoming Steve Jobs: The Evolution of a Reckless Upstart into a Visionary Leader, yang percaya kesuksesan terus menerus perusahaan itu karena warisan terbesar pendiri Apple tersebut.
Jobs meninggal akibat komplikasi penyakit kanker pankreas yang dideritanya pada usia 56 tahun di 2011.
Tetzeli mewawancarai orang-orang yang mengenal Jobs dengan baik, untuk bukunya. Melalui kisah-kisah yang didapat dari sumber tersebut, ia dan Brent Schlender, rekan penulis buku itu, mengekslpor berbagai sisi kepribadian Jobs.
Ia seringkali digambarkan sebagai orang yang sulit dihadapi dan terobsesi dengan detil terkecil dari desain produk-produknya.
"Kalau Anda bekerja dengan Steve Jobs, Anda harus berani membela diri Anda. Ia memecat orang yang tak mau memperjuangkan ide mereka. Ia berdebat dengan semua eksekutifnya. Debat yang normal yang menurutnya akan menghasilkan produk terbaik,” kata Tetzeli.
Tetzeli mendapati Jobs sangat tertarik dengan kehidupan orang dan mengerti bahwa uang adalah motivasi yang kuat.
“Orang-orang yang bekerja untuknya menghasilkan banyak uang, tapi lebih dari itu, mereka menghasilkan banyak uang karena kualitas pekerjaan mereka, dan melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan,” ujarnya. “Bahkan orang-orang yang dipecat olehnya atau mengakhiri hubungan kerja dengan Jobs dengan tidak baik, mengatakan mereka melakukan yang terbaik selama bekerja untuknya.”
Pada 2009, ketika Jobs sedang dalam daftar tunggu untuk menerima transplantasi hati, eksekutif senior Apple, Tim Cook mendekati Jobs yang merupakan atasan, mentor dan temannya, dan menawarkan hatinya. Jobs menolaknya.
“Cook memceritakan ini pada kami karena ia pikir itu menunjukkan bahwa Jobs bukan orang yang egois," kata Tetzeli. “Tapi cerita itu juga menunjukkan pada kita betapa dekatnya hubungan antara Jobs dan orang-orang terdekatnya.”
Tetzeli yakin pengembangan iPhone adalah titik puncak karir Jobs.
“iPhone adalah perangkat terpenting yang ia ciptakan," ujarnya. “iPhone mengubah cara kita berpikir tentang teknologi. Teknologi menjadi sesuatu yang mobile, yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. iPhone adalah perubahan yang besar di dunia di mana teknologi biasanya hanya diletakkan di meja.” (VOA Indonesia)