News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tenaga Medis: Gelombang Panas India Seharusnya Bisa Dihindari

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Selama sepekan terakhir gelombang panas yang menghantam India telah menewakan lebih dari 1.100 orang.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine

TRIBUNNEWS.COM - Fenomena gelombang panas yang terjadi di India telah memakan banyak korban tewas, setidaknya jumlahnya kini sudah mencapai lebih dari 2.000 orang.

Kebanyakan dari mereka meninggal dunia akibat mengalami dehidrasi dan hipertermia, peningkatan suhu inti tubuh manusia.

Para dokter dan tenaga medis lainnya telah bekerja menyalurkan bahan bantuan seperti minuman untuk rehidrasi dan cairan infus. Mereka juga menganjurkan masyarakat India untuk tidak keluar ruangan pada siang hari.

"(Sebenarnya) kematian ini mudah untuk dihindari. Yang mereka tinggal lakukan adalah mengikuti peringatan-peringatan dasar seperti menghindari pekerjaan di bawah matahari," kata M Sudhir Kumar.

Namun, asisten operasi sipil di Puskesmas Utama Dakkili itu mengaku tidak banyak yang mengindahkan anjuran 'mendasar' tersebut.

"Tidak banyak yang mendengar. Apa yang bisa kami perbuat? Ini adalah masalah kelaparan," tambahnya lagi.

Chanaga Aankaiah, seorang pria yang bekerja sebagai buruh tani di Andhra Pradesh, meninggal dunia akibat hipertermia (heatstroke) setelah terkena paparan panas, pada Jumat (29/5/2015) lalu.

Menurut pengakuan sang istri, Chanaga Ratnam, suaminya itu tutup usia pada umur 59 tahun, setelah ia bekerja di sawah sekitar desa Madhu Reddy, dekat Gudur.

"Mereka menghubunginya untuk (memberikan) beberapa pekerjaan di sawah dan ia (Aankaiah) pergi dengan antusias. Ia (lalu) pulang, berkata bahwa dirinya tak enak badan, minum air, dan meninggal begitu saja," kata Ratnam.

Chanaga adalah satu dari sekian banyak rakyat jelata di Andhra Pradesh, India. Dari profesinya tersebut, ia menghasilkan kurang lebih Rp 31.000 per harinya.

Sementara, V Haripriya, seorang deputi dari petugas kesehatan dan medis distrik di Venkatagiri, menyalahkan asbes yang dijadikan atap gubuk tempat tinggal oleh beberapa warga.

"Masalah ini diperburuk dengan orang-orang yang tinggal di gubuk-gubuk beratapkan lembaran asbes," kata Haripriya kepada Reuters.

Selain menelan korban jiwa, gelombang panas bahkan melelehkan aspal beberapa jalan di India. Dikatakan suhu siang hari dapat mencapai lebih dari 40 derajat Celsius.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini