Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM - Makhluk ini memang tidak pernah menggelar pesta barbekyu di tengah-tengah hutan, namun sebuah penelitian mengatakan bahwa simpanse sebenarnya memahami konsep dan memiliki mental memasak.
Dalam sebuah penemuan yang didapat dari sembilan eksperimen di Tchimpounga Sanctuary, Republik Kongo, disebutkan bahwa simpanse mempunyai mental yang diperlukan untuk memasak, termasuk perencanaannya dan pemahamannya.
Mungkin yang kurang adalah kemampuan untuk menyalakan api. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia mulai menggunakan api sejak sejuta tahun yang lalu.
"Namun, jika mereka diberikan sumber api, kemungkinan (simpanse itu) akan bisa memanipulasi (penggunaannya) untuk kebutuhan memasak," tutur Felix Warneken, seorang psikolog perkembangan dari Harvard University, yang menggelar studi ini.
Meski penemuan ini dikatakan tidak begitu menggemparkan, hasil studi ini dapat mendukung gagasan bahwa memasak mempercepat evolusi manusia. Makanan matang lebih mudah untuk dicerna, sehingga memacu pertumbuhan otak manusia prasejarah.
Beberapa eksperimen telah mendukung berbagai studi yang dilakukan oleh ilmuwan lainnya, termasuk studi yang menyatakan bahwa simpanse lebih suka ubi manis yang dibakar, ketimbang yang mentah.
Eksperimen dilakukan dengan menyajikan dua kontainer di hadapan dua simpanse. Ketika memilih alat yang bisa menaruh makanan, keduanya memilih panci masak, yang artinya mereka paham dan mau menunggu proses transformasi mentah menjadi matang.
Tetapi, mereka tidak menggelar potongan kayu yang telah disediakan beserta alat masak tersebut, yang berarti mereka hanya memahami konsep memasak makanan, tidak sekaligus membuat sumber panasnya.
Yang mengejutkan, jika biasanya simpanse memakan makanannya dengan segera, kedua simpanse yang dites itu mau berjalan ke ruangan lain untuk memasak.
Hal tersebut menunjukkan bahwa simpanse memiliki kemampuan untuk menunda laparnya, demi memasak makanannya terlebih dahulu.