TRIBUNNEWS.COM, AMERIKA - Amerika Serikat menuding peretas di Tiongkok menyerang dunia maya besar-besaran badan federal yang bertanggung jawab mendata latar belakang dan mengeluarkan izin keamanan bagi jutaan pegawai negeri.
Kantor Manajemen Personel (OPM), Kamis (4/6/2015), mengatakan sebanyak empat juta pegawai dan bekas pegawai federal mungkin terkena dampaknya. Jumlah ini kemungkinan bisa bertambah sementara penyelidikan terus dilakukan.
Para pejabat penegak hukum mengatakan kepada sejumlah media bahwa mereka meyakini para peretas Tiongkok berada di balik serangan itu.
“Mengambil kesimpulan dan melancarkan tuduhan secara gegabah adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab dan tidak produktif,” ujar juru bicara Kedutaan Tiongkok di Washington, Zhu Haiquan, seraya menambahkan negaranya melarang serangan dunia maya.
Seorang anggota Partai Demokrat pada Komite Intelijen DPR, Adam Schiff dari negara bagian California, mengatakan serangan ini paling mengejutkan “Karena rakyat AS mungkin menganggap jaringan komputer federal dijaga dengan sistem yang canggih.”
OPM mendeteksi pelanggaran keamanan itu April, sebelum melakukan apa yang disebutnya upaya agresif untuk menerapkan pengamanan lebih ketat. FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri sedang menyelidiki untuk mengetahui besaran kerugian.
FBI mengganggap serius segala ancaman sistem dunia maya terhadap sektor publik maupun swasta dan akan menindak pelakunya.
OPM mengatakan akan memberitahu semua pegawai dan bekas pegawai federal yang informasinya mungkin telah dicuri. Badan itu akan memberikan akses ke laporan data dan pengawasan kepada para pegawai itu, serta memberikan layanan pemulihan pencurian identitas tanpa biaya.
Serangan dunia maya terhadap OPM itu mungkin yang paling besar namun ini bukan pertama kalinya para peretas mengakses sistem komputer pemerintah federal.
Komputer-komputer di Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri pernah diserang. Akun Twitter dan YouTube milik komando militer pusat AS juga pernah diretas.
Dinas Pajak AS, Internal Revenue Service, mengatakan bulan lalu bahwa para peretas mencuri informasi sekitar 100,000 pembayar pajak.
Para peretas juga pernah menyerang perusahaan komersial raksasa seperti studio film Sony Pictures, toko Target dan Home Depot, situs lelang online EBay, dan bank JP Morgan Chase.
Sebagian serangan itu diduga dilakukan Korea Utara, Rusia dan China. Para pakar mengatakan China ingin mengetahui rahasia industri dan dagang AS. China membantah tuduhan itu dan mengatakan telah menjadi target serangan para peretas AS. (VOA Indonesia)