News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Paris Air Show 2015

Boeing Terdesak Dengan Semakin Kuatnya Persaingan Jet Tempur

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesawat tempur Rafale buatan Dassault.

TRIBUNNEWS.COM.PARIS—Perakit jet tempur Barat, mulai Boeing Co. hingga Eurofighter, tengah menjelajahi kesepakatan ekspor baru. Kesepakatan membuktikan perluasan liniproduksi di tengah-tengah risiko penutupan.

Serangkaian permintaan jet tempur turut memetakan ulang persaingan di antara perakitnya. Produsen yang lebih lemah mau tidak mau berjuang membalikkan nasib, atau keluar dari pasar.

Pameran Paris International Air Show, yang bermula Senin ini di lapangan udara Le Bourget di luar Paris, bakal menunjukkan bagaiaman sejumlah pesawat bermanuver demi memenangi pesanan delegasi militer.

Taruhannya sangat besar. Pasar global untuk pesawat tempur senilai kira-kira $367 miliar, atau sekitar 3.700 pengiriman jet hingga 15 tahun mendatang, demikian perkiraan firma konsultasi Frost & Sullivan. Sejumlah besar di antaranya merupakan jet tempur F-35 buatan Lockheed Martin Corp., disusul Dassault Aviation SA.

Tekanan mendalam atas Boeing, perakit F/A-18 Super Hornet serta pesawat F-15 milik Pentagon, serta konsorsium Eropa yang merakit jet-jet Typhoon. Pada saat yang sama, beberapa negara seperti Brazil, India dan Qatar mulai memilih pesawat jenis lain. Dua perakit itu menghadapi risiko penghentian produksi dalam lima tahun, jika mereka tak mampu memenangi pemesanan baru.

“Kami memprediksi peluang satu atau dua pesanan internasional,” kata Chris Raymond. Ia merupakan wakil presiden pengembangan bisnis unit pertahanan Boeing. Jika terdapat pesanan baru, jet Super Hornet akan diproduksi hingga paling tidak akhir 2019.

Denmark merupakan salah satu pembeli potensial. Negara Eropa itu dijadwalkan memilih jenis pesawat yang akan dibeli tahun ini.

Perwakilan konsorsium Eurofighter dari Airbus Froup SE, BAE Systems PLC serta Finmeccanica SpA juga sangat membantu.

“Kami memperkirakan adanya pesanan yang mapan sekaligus perluasan produksi hingga akhir dekade ini,” sahut Christian Scherer, wakil presiden eksekutif penjualan unit pertahanan Airbus. “Kami melihat tanda-tanda kebangkitan minat dalam waktu belakangan,” paparnya dalam suatu wawancara.

BAE Systems menyatakan produksi jet tempur Typhoon dapat dihentikan pada awal 2018. Namun, petingginya tetap percaya diri bakal mengamankan sejumlah kesepakatan.(The Wall Street Journal)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini