Laporan KorespondenTribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Korban bencana alam Jepang 11 Maret 2011 masih tidak sedikit yang perlu bantuan penanganan lebih lanjut. Bukan hanya karena gempa bumi dan tsunami, tapi ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ternyata benar-benar menghancurkan hidup mereka.
"Masih banyak korban bencana alam tidak dapat ganti rugi, masih sengsara hidupnya dan tidak diperhatikan terus-menerus oleh yang seharusnya bertanggungjawab karena meledaknya PLTN. Sangat memprihatinkan sekali," papar Kepala CTVC Caritas Haramachi Base, Minami Soma Perfektur Fukushima, Hatanaka Chiaki, khusus kepadaTribunnews.com Jumat (26/6/2015).
Hidup mereka, menurut suster Katolik ini, hancur gara-gara bocornya reaktor nuklir tersebut. Tempat tinggal tak bisa dipakai lagi, keluarga berantakan mengungsi ke tempat lain yang jelas membutuhkan uang.
Radioaktif di Fukushima khususnya di antara persimpangan (IC) Tomioka dan (IC) Namie tertulis berkekuatan 2,8 mikro sievert per jam. Foto diambil Sabtu (27/6/2015). (Tribunnews.com/Richard Susilo)
"Masa depannya menjadi tak jelas para korban ini. Kalau mau perhatikan korban ya sampai akhir dong jangan separuh-separuh kalau memang mau bertanggungjawab," tekannya lagi.
Kunjungan Tribunnews.com ke Fukushima Minggu lalu memang menyaksikan sendiri bagaimana radiasi masih tinggi yaitu 5,1 mikro sievert. Padahal normalnya sekitar 0,05 mikro sievert per jam.
Hatanaka juga menekankan jika pemerintah Jepang mau mengembalikan lagi, membangkitkan lagi PLTN, sebaiknya harus 100 persen aman dan ada jaminan jelas hal tersebut.
"Kalau dibangkitkan lagi PLTN tapi tidak 100 persen aman, jangan lah lakukan. Kita sudah menyaksikan sendiri hasilnya sampai kini masih berantakan, korban masih menderita sekali, resiko tinggi sekali, tak baiknya bagi manusia," tegas dia.
Hatanaka mengimbau dunia agar tetap mau membantu rakyat Fukushima yang masih menderita hingga kini. Dia berkata, "Bantulah kami yang masih susah sampai kini dan tak lagi mendapat perhatian pihak PLTN yang seharusnya bertanggungjawab.
Kunjungan dua hari Tribunnews.comke Fukushima memperlihatkan kota ini khususnya daerah Minami Soma seperti kota mati. Kota ini sangat indah dan asri tapi tak bisa ditinggali karena tercemar radioaktif yang kadarnya tinggi hingga detik ini .
Berjalan saat malam hari lebih terlihat jelas. Semua rumah tak ada satu pun yang menyalakan lampu tapi lampu jalanan tetap menyala. Rumah kosong semua. Hewan tak ada. Inilah kondisi empat tahun setelah musibah itu terjadi.