Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sutradara Nan Achnas yang membuat film Kuldesak (dirilis tahun 1998) dan tahun 2000 lebih populer dari pada film Hollywood The Negotiatior, ternyata berhasil menembus bioskop Jepang di Festival Film Internasional Fukuoka dan sedang ditayangkan saat ini.
"Saya senang sekali akhirnya film ini masuk Jepang," kata Nan Achnas, sutradara film Kuldesak khusus kepada Tribunnews.com, Kamis (17/9/2019).
Selain Achnas juga kerja sama dengan Riri Riza, Mira Lesmana dan Rizal Mantovani dalam pembuatan film tersebut yang diakuinya secara sukarela, namun akhirnya dapat dana dari Rotterdam.
"Kita belum rilis DVD nya mungkin itu yang membuat film Kuldesak kurang atau tidak diketahui pihak Jepang. Selama ini dari cerita teman-teman ke industri Jepang yang akhirnya mereka mengetahui adanya film Kuldesak ini yang merupakan pendobrak kebangkitan kembali cinema Indonesia baru," jelasnya.
Setelah 10 tahun perfilman Indonesia mengalami kevakuman, film Kuldesak akhirnya muncul yang dibuat menurutnya tanpa dibayar, lokasi film juga pinjam gratis, kerja sama teman-teman.
"Syukurlah film ini dapat terealisir bahkan lebih populer saat itu dari film Hollywood The Negotiator saat diputar di Jakarta Cinema 21," lanjutnya.
Dengan pemunculan film tersebut kini sudah 150 film baru Indonesia muncul ke masyarakat setelah 15 tahun yang berarti sekitar 10 film Indonesia muncul per tahun.
Kesempatan menonton film tersbeut di Fukuoka memang menarik perhatian banyak orang Jepang.
"Wah saya baru tahu ada film Indonesia kebetulan di Festival Film Fukuoka ini pasti nanti saya menonton," kata warga Fukuoka, Kyoko Tanaka khusus kepada Tribunnews.com, Jumat (18/9/2015).
Selain pemutaran film juga akan dilakukan simposium film Indonesia tanya jawab yang juga akan dihadiri oleh Riri Riza dan Mira Lesmana.
"Rizal sendiri lagi sibuk di Jakarta sehingga tidak jadi hadir di Jepang," kata mantan wartawan yang sempat satu tahun bekerja di The Jakarta Post ini.
Kuldesak berfokus pada empat penduduk muda Jakarta pada era 1990-an. Mereka semua punya mimpi, tapi kadang-kadang hidup memaksa mereka untuk membuat pilihan-pilihan radikal. Aksan (Wong Aksan) bermimpi untuk membuat sebuah film. Semua yang dia butuhkan adalah uang, namun ayahnya yang kaya tidak ingin anaknya menjadi seorang pembuat film. Aksan, yang tidak memiliki cukup dorongan untuk membuat impiannya menjadi kenyataan, memutuskan untuk mencuri dari ayahnya.
Andre (Ryan Hidayat) adalah musisi tidak bahagia yang merasa teridentifikasi dengan idola rock Kurt Cobain, vokalis dan gitaris dari band Nirvana asal Amerika Serikat yang terkenal di dunia oleh bunuh dirinya. Dia mencari kenyamanan dari seorang peramal keliling.
Dina (Oppie Andaresta) adalah seorang penjual tiket di bioskop yang terobsesi dengan pembawa acara TV yang populer. Dia tidak dapat lagi membedakan impian dari kenyataan.
Lina (Bianca Adinegoro) bekerja untuk sebuah biro iklan dimana dia ditekan oleh bosnya untuk bekerja lembur. Suatu malam, dia diperkosa. Alih-alih melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, dia memutuskan untuk mengambil hukum di tangannya sendiri.