Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ledia Hanifa menyampaikan rasa duka cita terhadap peristiwa Mina yang menewaskan ratusan jemaah haji.
Ia mendapatkan informasi kejadian tersebut bukan di tempat lontar Jumrah melainkan di Syari' (jalan) 204.
"Menurut info jalan ini jarang dilalui oleh orang Indonesia. Umumnya dari negara-negara Afrika," kata Ledia ketika dikonfirmasi Tribunnews.com, Kamis (24/9/2015).
Ia menduga jemaah mengejar waktu yang utama untuk melontar Jumrah yaitu sekitar waktu dhuha.
Juga menghindari cuaca panas di siang hari.
Pasalnya, wukuf di Arafah cuacanya sangat panas dengan suhu di atas 50 celcius.
Setelah dari Arafah dan Muzdalifah jemaah biasanya mengambil satu diantara dua pilihan.
Soal Penilaian Harian Beserta Kunci Jawaban Mapel Informatika Kelas 10 SMA/MA Materi Sistem Komputer
Latihan Soal & Jawaban PKN Kelas 1 SD Bab 2 Semester 1 Kurikulum Merdeka, Aku Anak yang Patuh Aturan
KPU Sabu Raijua Klarifikasi Dokumen Krisman Riwu Kore yang Tersebar di Media Sosial - Pos-kupang.com
"Beristirahat dulu, selepas dhuha lontar jumrah baru thawaf ifadhah di Masjidil haram atau langsung ke masjidil haram untuk thawaf ifadhah dan dilanjut lontar jumrah," kata Politikus PKS itu.
Ia menuturkan beberapa tahun terakhir jemaah Indonesia disarankan lontar jumrah tidak pada saat dhuha atau dzuhur.
Rata-rata setelah ashar atau menjelang ashar.
"Ini untuk menghindari penumpukan dengan jamaah dari negara lain," imbuhnya.