TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Jumat (26/9/2015) malam, Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin selaku Amirul Hajj menginap di pemondokan atau maktab 7 jemaah haji di Mina, Arab Saudi.
Ia selaku Amirul Hajj sengaja menginap pada malam kedua berada di Mina karena ingin mendengar curahan hati atau curhat dari para jemaah haji Indonesia, terutama jemaah kloter 61 Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 61). Namun, selain curhat, sejumlah jemaah juga menyampaikan kritik kepadanya.
"Sejak awal saya meniatkan diri ketika berkunjung ke sini adalah setidaknya mereka ada tempat untuk bisa mencurahkan apa yang mereka rasakan. Tempat curhat itu penting bagi mereka yang berada dalam kondisi seperti itu," kata Lukman usai berkunjung ke Maktab 7 yang ditempati jemaah asal Jawa Barat yang tergabung dalam Kloter JKS 61 di kawasan Mina Jadid, Jumat (25/9/2015) malam, sebagaimana keterangan pers diterima Tribunnews, Sabtu (26/9/2015).
Diberitakan, tragedi jemaah haji lempar jumrah di Jalan Arab 204, Kamis (24/9/2015) pagi, merenggut nyawa lebih 700 orang, termasuk tiga jemaah asal Indonesia.
Selain itu, ada 225 jemaah asal Indonesia yang menghilang karena belum kembali ke tenda pemondokan pasca-kejadian tersebut. Dari jumlah tersebut, 192 jemaah di antaranya berasal dari JKS 61.
Menuru Lukman, dia sengaja bermalam dan hadir di tengah para jemaah karena ingin mendengar curhat dan berbagi rasa dengan para korban selamat.
Selain curhat, banyak kritik dan saran yang diterima Lukman dari para jemaah saat ia berada di tenda jemaah maktab 7. Ia dengan seksama memperhatikan keluh kesah, masukan dari para jemaah hingga curhat kronologi kejadian yang mereka alami.
"Pengalaman yang traumatik, serba ketidakjelasan, informasi yang simpang siur, dan lain sebagainya, menjadikan mereka butuh tempat orang yang bisa dijadikan tempat untuk curhat. Saya memang dalam posisi seperti itu," ucap Lukman.
Lukman pun baru mengetahui ada jemaah haji yang sakit di sela para jemaah JKS 61 menyampaikan curhatnya.
Ia pun langsung melihat kondisi jemaah yang sakit itu dan meminta tim kesehatan kloter agar segera berkoordinasi dengan Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Mina sehingga korban bisa secepatnya dievakuasi dari tenda dengan ambulance.
Untuk meringankan beban psikologis jemaah yang mengalami langsung insiden Mina, Lukman juga meminta para petugas agar mengantar jemput jemaah yang akan melakukan lempar jumrah.
"Apa yang telah disampaikan oleh jemaah adalah masukan buat kita," jelasnya.
Malam kedua di Mina adalah malam terakhir bagi jemaah haji yang mengambil nafar awal. Sabtu (26/9/2015) hari ini sebelum terbenamnya matahari, mereka sudah harus meninggalkan Mina setelah melempar jumrah (ula, wustha, dan aqabah).
Adapun bagi jemaah yang akan mengambil nafar tsani, maka mereka harus menginap satu malam lagi di Mina. (Abdul Qodir)