TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - New Orleans, adalah kota di Amerika Serikat (AS), yang identik dengan musik dan pesta pora.
Namun pejabat pemerintah setempat baru-baru ini meluncurkan kampanye untuk mengecilkan volume musik di New Orleans.
Mengapa demikian? Ternyata hal itu dikarenakan banyaknya warga yang mengeluh atas tingkat kebisingan di kota tersebut.
Selain itu New Orleans juga tak memiliki standar volume suara selama 60 tahun.
Kapanye kesehatan bertajuk Sound Check tersebut dimulai dengan pemeriksaan tingkat desibel di wilayah French Quarter dan lingkungan Faubourg Marigny, di mana sejak lama menjadi lokasi dimana musik diputar keras di rumah-rumah warga.
Tujuan dari kampanye itu adalah untuk, memberikan pemahaman tentang efek negatif terhadap kesehatan akibat musik dengan volume keras, kepada musisi, dan pemilik klub.
Ethan Ellestad, juru bicara paguyuban pemilik klub dan seniman, menilai kampanye itu bisa merusak citra New Orleans sebagai pusat musik dunia.
Menurutnya, jika tingkat desibel diturunkan, maka hal itu akan menghalangi sejumlah musisi untuk pentas di muka publik secara langsung.
"Jika anda menetapkan 80 desibel sebagai batas di French Quarter, maka anda tak akan bisa mendengar musisi brass bermain," kata Ellestad.
Proposal kampanye itu gagal memenangkan persetujuan dari Dewan Kota New Orleans, dimana anggota dewan terbelah antara kutub yang memprotes suara keras, dan kutub yang menolak kampanye tersebut.(Reuters)