TRIBUNNEWS.COM – Pesawat Airbus A321 milik maskapai Rusia Metrojet yang jatuh di Sinai Tengah, Mesir pada Sabtu (31/10/2015) ternyata pernah mengalami insiden "tailstrike" pada tahun 2001 lalu.
Hal itu sesuai dengan database yang dimiliki oleh situs Aviation Safety Network. Tailstrike adalah insiden ekor pesawat yang menggesek landasan saat fase takeoff/landing dilakukan.
Saat kejadian tersebut berlangsung, A321 tersebut masih dioperasikan oleh maskapai Middle East Airlines (MEA).
Insiden tailstrike itu terjadi di bandara Kairo pada 16 November 2001 saat pesawat dalam fase landing.
Insiden tailstrike yang berakibat pada kejadian kecelakaan yang lebih besar pernah menimpa maskapai China Airlines pada bulan Mei 2002 lalu, dengan nomor penerbangan CA661.
Saat itu, badan pesawat Boeing 747-200 yang mengangkut 225 orang tersebut tiba-tiba pecah di udara.
Investigasi yang dilakukan oleh FAA menunjukkan perbaikan ekor pesawat akibat tailstrike yang tidak sesuai prosedur menjadi penyebabnya.
Tailstrike yang menyebabkan ekor pesawat B747-200 robek itu terjadi jauh sebelum kejadian yang lebih fatal itu terjadi di tahun 2002, yaitu pada Februari 1980.
Saat itu, B747 tersebut mengalami tailstrike di bandara Kai Tak Hong Kong dalam fase landing.
Perbaikan di ekor pesawat dilakukan oleh mekanik China Airlines tidak sesuai prosedur, sehingga mengakibatkan retakan di ekor pesawat akibat tailstrike itu semakin lama semakin parah, dan akhirnya robek saat terbang pada penerbangan naas di tahun 2002.