TRIBUNNEWS.COM, MYANMAR - Setelah pemungutan suara digelar, Minggu (8/11/2015), penghitungan suara telah dimulai dalam pemilu Myanmar.
Pemilu demokratis Mynmar ini adalah yang pertama digelar sejak pemerintahan militer berakhir empat tahun lalu.
Dilaporkan NHK, Minggu (8/11/2015) bahwa tempat-tempat pemungutan suara berhenti menerima pemilih pada Minggu (8/11/2015) pukul 16.00 waktu setempat.
Untuk daerah Yagon dan kota-kota besar lainnya masih terlihat antrian warga untuk memberikan suara mereka ke tempat pemungutan suara (TPS).
Diperkirakan, penghitungan suara akan tertunda secara signifikan di Yangon dan kota-kota besar lain yang masih banyak warga mengantri memberikan suara.
Sebagaimana diberitakan, masyarakat sudah mengantri sejak sebelum subuh di depan TPS di Yangon, kota terbesar Myanmar, guna memasukkan suara mereka dalam pemilu pertama negara itu sejak kekuasaan militer berakhir empat tahun lalu.
Para pemantau pemilu dari luar negeri pun turut memantau pemilu yang dibuka jam 6 pagi waktu setempat.
Asa Aung San Suu Kyi
Myanmar beralih ke pemerintahan sipil pada tahun 2011 setelah pemerintahan militer selama lebih dari setengah abad. Tetapi presiden dan banyak menteri di pemerintahan sekarang memiliki latar belakang militer.
Partai oposisi Liga Nasional bagi Demokrasi (NLD), pimpinan Aung San Suu Kyi, berharap untuk mengalahkan Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan yang berkuasa demi memperoleh mayoritas di parlemen.
NLD harus memperoleh sekurangnya dua pertiga kursi di parlemen untuk membentuk pemerintahan. Karena seperempat kursi di parlemen dialokasikan bagi anggota militer.
Komisi pemilu Mynmar mengatakan pihaknya memperkirakan untuk mulai mengumumkan hasil-hasil pendahuluan pada Senin pagi atau setelahnya.
Akan tetapi NLD akan mengumumkan hasil-hasil penghitungan suaranya sendiri sebelum pengumuman resmi.
Hasil keseluruhan mungkin menjadi jelas secepatnya pada Senin pagi.