Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Mengetahui adiknya menjadi pelaku serangan di Paris, kakak dari Ismael Omar Mostefai hanya bisa mengatakan gila atas aksi tersebut.
Nama Ismael diumumkan menjadi pelaku serangan teror di Prancis, setelah pihak otoritas mendapat identitasnya dari sidik jari jenazah satu dari delapan teroris yang melakukan serangan di Paris.
Kepolisian menemukan keberadaan ayah Ismael berdasarkan hasil pengusutan kepolisian.
Sedangkan, keberadaan kakak tertua Ismael diketahui setelah ia secara sukarela mendatangi kantor polisi setempat.
Ketika ditanya AFP soal Ismael, sang kakak mengaku ia sama sekali belum pernah berhubungan dengan adiknya itu selama beberapa tahun ini.
"Sungguh gila, sinting. Saya pada malam itu (Jumat) sedang berada di Paris," katanya, mengaku dirinya pada hari tragedi terjadi sedang di Paris.
"Saya melihat betapa kacaunya kejadian itu," tambah dia lagi, dikutip The Guardian.
Sang ayah dan kakak Ismael itu kini ditahan kepolisian untuk dimintai keterangan, sejak Sabtu (14/11/2015). Rumah keduanya pun telah digeledah.
Hingga kini otoritas Prancis masih terus menelusuri identitas dan orang-orang yang pernah berhubungan dengan para pelaku penyerangan yang menewaskan lebih dari 120 orang itu, pada Jumat (13/11/2015) lalu.
Saksi : Setiap Ada yang Lari, Ditembak Lagi
Seorang saksi mata mengisahkan suasana mencekam saat arena konser di Teater Bataclan, Paris, Perancis, menjadi ladang pembantaian.
Seperti dilansir MIRROR.co.uk, Minggu (15/11/2015), sebanyak 1.500 penonton saat itu memadati lokasi konser band rock, Eagle of Death Metal.
Siapa sangka, arena yang seharusnya menjadi tempat mereka bersenang-senang menjadi ladang pembantaian oleh para teroris tersebut.
(Baca juga Teroris Kecam Perlakuan Presiden Perancis terhadap Muslim)
Berdasakan penuturan saksi, mayat-mayat korban tampak berserakan di arena konser tersebut.
Lantai auditorium konser menjadi genangan darah para korban yang tewas maupun luka.
Saksi mata mengatakan para teroris tersebut meninggalkan lokasi pembantaian dengan cara yang sangat tidak manusiawi.
Betapa tidak, mayat korban diseret melalui auditorium.
Alhasil, seluruh karpet dipenuhi noda darah.
Tampak, lubang bekas hantaman npeluru memenuhi dinding, kursi dan lantai.
Menurut sejumlah saksi mata--termasuk Britons dan sejumlah penyintas yang berpura-pura mati, membeberkan detail penembakan yang dilakukan ketiga teroris.
Saksi mengatakan, pertama kali saat berada di lokasi, para teroris memberondong warga yang duduk di kursi roda menggunakan senapan AK-47.
Salah seorang saksi, Helen Wilson, mengatakan, para teroris tersebut beranjak ke kamar belakang, lalu memulai penembakan lagi secara beruntun.
"Setiap ada yang hendak melarikan diri, mereka (teroris) mulai menembak lagi," kata Helen.
Kata saksi mata, teroris tersebut memberondon arena teater dengan timah panas dan sejumlah bahan peledak.
Kemudian, imbuh saksi, para teroris tersebut berkeliling seperti burung bangkai yang hendak memakan korbannya satu persatu. (The Guardian/AFP/Telegraph)