TRIBUNNEWS.COM, AIUSTRALIA - Sebuah pesan bernada kebencian ditempel di pintu masjid Newcastle, Australia, sementara Masjid Gallipoli di pinggiran Sydney menerima banyak telepon berisi pesan kebencian.
Demikian disampaikan Mariam Veiszadeh, ketua Islamophobia Register, terkait laporan meningkatnya Islamophobia di Australia menyusul serangan Paris pekan lalu.
Disebutkan, sebuah poster promosi jasa telekomunikasi Optus yang tertulis dalam bahasa Arab telah ditarik dari pusat belanja di Sydney, menyusul adanya ancaman yang disampaikan secara online.
"Kami juga menerima laporan adanya mobil yang dikendarai keluarga Muslim dilempari batu di Melbourne," jelas Veiszadeh.
"Insiden lainnya terjadi di Gold Coast dan telah dilaporkan ke polisi. Seorang pria keturunan Prancis dari Melbourne yang sedang berlibur di Gold Coast dituduh meludahi seorang remaja 17 tahun dan meremas buah dada seorang perempuan 25 tahun sembari berkata 'kami akan membom kalian, kalian membom Prancis dan kami akan membom kalian'," tambah Veiszadeh.
Pesan kebencian yang ditempel di pintu masjid Newcastle tertulis "burn in hell" ditempel bersama halaman depan sebuah tabloid edisi hari Minggu yang memuat berita serangan Paris.
Secara terpisah, Dr Yassir Morsi dari International Centre for Muslim and non-Muslim Understanding sependapat bahwa terjadi peningkatan Islamophobia di Australia.
"Saya tidak kaget kalau masjid menjadi sasaran," katanya.
"Tidak mengejutkan jika sejumlah tokoh Muslim menjadi target kecaman dan penghinaan, dan saya tidak kaget jika terjadi serangan fisik di jalan-jalan," tambah Dr Morsi.
Dr Morsi mengaku kecewa dengan keputusan Optus menarik poster promosinya dalam bahasa Arab.
"Bahasa Arab dipakai oleh banyak orang non-Muslim," katanya. "Ini semakin menciptakan kesalahpahaman."