Tribunnews.com - Hasna Aitboulahcen, wanita yang dipastikan meledakkan diri saat penyergapan di St-Denis, Prancis, dikenal oleh teman-temannya gemar ke klub dan suka mabuk-mabukan.
Hasna Aitboulahcen disebutkan oleh otoritas Prancis sebagai pelaku yang meledakkan dirinya di sebuah apartemen di St-Denis saat digerebek pada Rabu (18/11) lalu.
Wanita berusia 26 tahun itu meledakkan dirinya sesaat setelah kepolisian menyerbu apartemennya untuk menangkap pria yang dikatakan menjadi otak penyerangan di Paris, Abdelhamid Abaaoud. Sehari setelah insiden tersebut, keluarga dan kerabat Hasna memberikan testimoninya terkait Hasna, yang ternyata dikenang sebagai wanita yang memiliki "reputasi buruk".
"Ia gemar pergi ke klub, minum alkohol, merokok, dan pergi dengan banyak pria. Reputasinya buruk. Ia punya banyak kekasih, namun tidak ada yang diseriusi," ucap seorang tetangga, Amin Abou.
"Hasna tak pernah mengenakan hijab, selalu pakaian ala kebarat-baratan. Ia juga tak pernah ke masjid atau salat," tambah seorang temannya, Mattius Jacques, dikutip Mirror Online.
Kepada Daily Mail, saudara Hasna, Youssouf Ait Boulahcen, bahkan mengatakan Hasna sama sekali tampak tidak tertarik untuk menaati agama, karena tak pernah membaca Alquran, merokok, dan suka mabuk-mabukan. "Ia hidup di dunianya sendiri. Selalu memperhatikan ponselnya saja, sibuk cek Facebook atau Whatsapp," kata Youssouf.
Sedangkan, teman Hasna lainnya, Khamissa, menduga Hasna telah terpengaruh ekstremis Islam. Awalnya ketika Hasna mulai berhijab, ia sempat mengira temannya itu hanya telah mendapat hidayah. Namun, ibunda Hasna memercayai bahwa putri "kesayangannya" itu telah dicuci otak oleh Abdelhamid untuk melakukan tindakan itu, meledakkan dirinya.
"Putra saudari saya telah mencuci otak (Hasna). Putri saya sangat baik. Kami tak percaya akan hal ini, (Abdelhamid) telah mempengaruhinya," sebut sang ibu.
Hingga kini, sejumlah pelaku sindikat penyerangan di Paris yang dinyatakan tewas dan berhasil diidentifikasi adalah; Abdelhamid Abaaoud, pria berkewarganegaraan Belgia yang dituduh sebagai otak perencana serangan teror di Paris. Ibrahim Abdeslam, pelaku yang meledakkan dirinya usai melakukan serangan di sebuah restoran Paris,- Samy Amimour, pelaku berkewarganegaraan Prancis yang melakukan serangan di gedung teater Le Bataclan.
- Bilal Hadfi, pelaku berkewarganegaraan Prancis yang meledakkan dirinya usai melakukan serangan di stadion Stade de France.
- Ahmad al-Mohammad, pelaku yang identitasnya didapat dari sebuah paspor Suriah yang ditemukan di dekat jenazahnya usai meledakkan diri di stadion Stade de France.
- Ismael Omar Mostefai, pelaku berkewarganegaraan Prancis yang meledakkan dirinya usai melakukan serangan di gedung teater Le Bataclan.
Sisanya adalah dua pelaku yang masih belum diperoleh identitas aslinya dan diketahui masing-masing adalah pelaku bom bunuh diri di Stade de France dan Le Bataclan.
Ada pelaku penyerangan yang masih menjadi buron alias dalam pencarian otoritas Eropa yaitu Salah Abdeslam, adik dari Ibrahim Abdeslam yang menjadi pengemudi mobil yang mengantar ke Le Bataclan.
Otoritas Belgia dan Prancis juga menahan beberapa pelaku yang dikatakan terlibat dalam operasi penyerangan tersebut. Ketiganya adalah, Hamza Attou, pria berkewarganegaraan Belgia yang mengantar Salah Abdeslam dari Paris ke Brussels.
Kemudian, Mohammed Amri, pria yang diyakini pernah mengantar Salah Abdeslam keluar dari Paris usai tragedi mematikan Paris.
Sedangkan, ada pula pria yang sempat dicurigai sebagai pelaku, yaitu Mohamed Abdeslam, adik Salah Abdeslam, yang kemudian dibebaskan setelah diinterogasi oleh kepolisian.
Dari Jawa Tengah
Sementara itu, Kapolri Jenderal Polisi Badrodin memastikan sudah memerintahkan anggotanya untuk terus melakukan pemantauan terhadap 36 warga Jawa Tengah yang sempat ditahan otoritas Malaysia lantaran hendak berangkat ke Iran. Saat di Malaysia, 36 warga Jawa Tengah ini sempat ditahan karena diduga hendak gabung ISIS. Namun akhirnya mereka dilepaskan dan bisa melanjutkan perjalanan ke Iran.
"Memang saat di Malaysia sempat diteliti apakah mereka terkait ISIS atau benar ziarah. Mereka akan terus dipantau sampai kepulang lagi ke Indonesia," terang Badrodin.
Sebelumnya, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jateng, Kombes Pol Gagas Nugraha, mengatakan, ke 36 warga Jateng telah melanjutkan perjalanan ke Iran. "Sudah melanjutkan perjalanan ke Iran," kata Gagas .
Gagas membenarkan sebelumnya ke 36 warga Jateng itu ditahan oleh pihak otoritas Malaysia lantaran hendak berangkat ke Iran. Otoritas Malaysia mencurigai rombongan itu hendak bergabung dengan ISIS. Namun setelah dilakukan pemeriksaan oleh otoritas Malaysiadan KBRI, diketahui ke 36 warga Jateng itu hendak berziarah ke Iran.
"Sudah diperiksa, dan tidak ada indikasi mengarah ke ISIS. Mereka hanya mau berziarah," kata Gagas. (tribun/ruth/ther/New York Times/Voice of America)