TRIBUNNEWS.COM, TUNISIA - Menteri Dalam Negeri Tunisia menyebut insiden pemboman yang meledakkan sebuah bus berisi staf paspampres sebagai aksi terorisme.
Meski demikian, Washington Post mengatakan belum ada yang mengklaim atas serangan yang menewaskan 12 orang paspampres itu dan masih belum diketahui siapa pelakunya.
Tidak dijelaskan pula oleh sang menteri apakah bom hanya dipasangkan pada bus tersebut atau ada material mudah terbakar yang ledakkan dalam bus itu.
Reuters mendapat informasi dari orang dalam kepresidenan, yang mengatakan bahwa diduga insiden itu diakibatkan oleh aksi bom bunuh diri.
Sumber tersebut mengatakan bahwa pelakunya mengenakan rompi peledak dan menaiki bus yang meledak pada Selasa (24/11/2015) di pusat ibukota Tunisia, Tunis.
Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi juga menyatakan hal yang nyaris serupa dengan Mendagri, yaitu dalang di balik serangan tersebut adalah teroris.
"(Pelaku serangan itu) ingin (warga Tunisia) hidup di tengah ketakutan, tapi (pemerintah Tunisia) akan membuat para teroris itu takut," kata Beji, dalam sebuah pidato yang ia sampaikan terkait pemboman itu.
Usai kejadian itu, Beji mengumumkan bahwa status siaga darurat telah diberlakukan di negeri itu.
Tunisia dikatakan kerap kesulitan menangani kelompok militan Islam, termasuk ISIS, yang telah melakukan sejumlah serangan di negara tersebut.
Sebelumnya, Maret 2015, tiga teroris pernah melakukan serangan di negara itu, menewaskan 21 orang. (Washington Post/Reuters)