News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jaringan Kelompok ISIS

Uni Eropa Khawatir Banyak Militan Jihad Gunakan Paspor Palsu

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi/Cuplikan video buatan enam pegawai HSBC yang berpura-pura mempraktekkan eksekusi ala militan ISIS dan berakhir dipecat.

TRIBUNNEWS.COM, JERMAN - Penemuan paspor palsu yang digunakan oleh para pelaku serangan teror di Paris dikatakan menimbulkan kekhawatiran akan banyaknya militan jihad yang masuk Eropa menggunakan paspor palsu.

Dikutip dari Daily Mail, otoritas Perancis menemukan sebuah paspor di dekat jenazah seorang pelaku serangan teror Paris, yang menunjukkan identitas warga Suriah bernama Ahmad Almohammad.

Melalui paspor tersebut, diketahui Ahmad sebelumnya memasuki wilayah Eropa melalui Yunani dan mengklaim dirinya sebagai seorang imigran.

Namun, kepolisian Serbia lalu menemukan seorang pria yang membawa sebuah paspor Suriah yang isi identitasnya sama dengan yang ditemukan oleh otoritas Perancis.

Dari nama serta tempat dan tanggal lahir semua sama, kecuali fotonya.

Hal itu menimbulkan kekhawatiran bagi otoritas Uni Eropa (UE), yang mengkhawatirkan bahwa paspor palsu ramai digunakan oleh militan kelompok radikal Timur Tengah untuk memasuki wilayah Eropa.

New York Times juga mengatakan bahwa seorang kepala polisi Jerman telah menyebutkan militan ISIS memiliki cara tersendiri untuk memasuki wilayah Eropa dan melakukan serangan di sana.

Caranya dengan menyamar sebagai dan mengikuti rombongan imigran masuk ke Eropa.

Bahkan, kekhawatiran terburuknya adalah paspor palsu tersebut dibuat oleh pemalsu yang sama dan kini dokumen palsu itu berakhir tak terdeteksi di daerah UE yang tak membutuhkan paspor untuk dimasuki.

Kekhawatiran atas bebas bergeraknya para militan yang menyaru menjadi imigran itu pun memicu perdebatan terkait rencana UE untuk menerima dan menempatkan imigran yang semakin membludak di negara-negara UE secara merata. (New York Times/Daily Mail).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini