TRIBUNNEWS.COM - Shaima Qaseem Abdelrahman (20) yang baru saja mendapat gelar Miss Irak mengaku mendapat ancaman telepon bahwa dia akan diculik kelompok ISIS.
Ia menerima ancaman tak lama setelah memenangi kontes kecantikan yang digelar di ibu kota Irak, Baghdad, Sabtu (19/12/2015) lalu menurut laporan media di Kuwait.
Perempuan berusia 20 tahun asal Kirkuk itu mengaku sempat tertekan oleh ancaman itu. Namun dia bersikeras ancaman tersebut tak akan menghentikannya.
Jerusalem Post mengutip media lokal Kuawait al-Watan, melaporkan, dalam teror telepon itu, Shaymaa dipaksa bergabung dengan kelompok bersenjata itu atau akan diculik.
Namun ratu kecantikan itu menyatakan dia akan terus maju meski menghadapi rintangan.
"Saya ingin membuktikan bahwa perempuan Irak punya keberadaan sendiri dalam masyarakat Irak, dia punya hak-hak seperti laki-laki. Saya tidak takut apapun, karena saya yakin apa yang saya lakukan tidak salah," katanya kepada NBC News.
Penyelenggaraan kontes kecantikan di Irak untuk pertama kalinya sejak 43 tahun itu sempat mendapat protes dari para pemuka agama dan pemimpin suku konservatif.
Mereka menyebut kontes kecantikan semacam itu tidak Islami dan mengancam moral masyarakat.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa setidaknya sudah ada dua kontestan yang mengundurkan diri setelah mendapat ancaman pembunuhan.
Penyelenggara membatalkan seksi baju renang dalam kompetisi itu dan menunda penayangan acara final di televisi untuk menangkis kritik.
Namun para kontestan yang didukung oleh banyak masyarakat Irak tetap berkeras untuk melanjutkan acara yang mereka anggap sebagai penanda langkah menuju kenormalan dalam masyarakat yang masih terbelah dan trauma 12 tahun setelah Amerika Serikat menggulingkan Saddam Husein.
Pertama dan terakhir kali Irak berpartisipasi dalam kontes kecantikan internasional adalah tahun 1972, saat Wijdan Burhan al-Deen mewakili negara itu di ajang Miss Universe.
Setelah kemenangannya, Shaymaa mengatakan pada AFP bahwa dia sangat senang melihat Irak maju ke depan.
"Acara ini sangat besar dan membuat orang-orang Irak tersenyum," katanya.
Direktur artistik kontes kecantikan 2015 Senan Kamel mengatakan penyelenggara menunggu memiliki wakil yang baik untuk Irak di ajang itu.
"Yang ingin kami capai adalah membuat suara Irak didengar, menunjukkan Irak masih hidup, bahwa jantungnya masih berdegup," kata Senan, yang menggelar pertunjukan fesyen pertama di Iran setelah bertahun-tahun pada Maret lalu.
Sebelumnya, kata Senan, penyelenggara telah berusaha menyesuaikan beberapa aspek dalam kontes itu untuk menghormati tabu dan kepekaan negara muslim konservatif yang tidak menyukai tubuh perempuan dipamerkan di muka umum.
"Kami sengaja menggelar kompetisi berdasarkan standar-standar kepantasan bagi masyarakat Irak untuk membuktikan pada dunia bahwa Irak adalah negara yang beradab dengan jiwa sipil dan semangat hidup," katanya.
Dalam kontes itu, baju renang diganti dengan pakaian yang lebih konservatif, meski larangan berkerudung tetap diterapkan sesuai protokol kontes kecantikan ala Barat.