News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lebih Dari 250.000 Kepala Keluarga Jepang Kekurangan Air

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Fukuoka Antri Air Yang Dipasok Dari Tangki Dibawa Oleh Pasukan Beladiri Jepang (SDF)

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Lebih dari 250.000 kepala keluarga Jepang mengalami kekurangan air karena cuaca sangat dingin membuat air membeku pada pipa lalu mengakibatkan pipa bocor dan membutuhkan perbaikan semua pipa yang bocor dalam kurun waktu dua atau tiga hari mendatang.

"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini, perbaikan pipa yang bocor mungkin memakan waktu sekitar 2 atau 3 hari dari sekarang," papar pejabat perusahaan air di Omuta perfektur Fukuoka dalam ujumpa persnya hari ini, Selasa (26/1/2016).

Cuaca sangat dingin dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di Jepang, membuat air di pipa ledeng membeku jadi batu es.

Termasuk pagi tadi di kantor Tribunnews.com Tokyo sekitar jam 7 hingga jam 8 pagi air tak bisa mengalir karena membeku di dalam pipa air.

Akibat pipa tersumbat di banyak pipa air di Omuta, Fukuoka, desakan tekanan dari sumber air di perusahaan air ke pipa pipa mengakibatkan tekanan sangat kencang sehingga mengakibatkan rusak pada sambungan dan bocor di banyak pipa di kota tersebut.

Akibatnya kran dari sumber air ditutup dan masyarakat tak dapat air.

Pihak pasukan bela diri Jepang (SDF) segera bergerak membawa tangki-tangki air dan masyarakat berderet antri untuk mendapatkan air mulai hari ini.

Bukan hanya masyarakat biasa, rumah sakit dan fasilitas umum lagi jadi kewalahan hari ini karena air tidak mengalir di tempat mereka.

Cuaca sangat dingin disertai salju yang lebat membuat beberapa jalur jalan tol di Fukuoka dan sekitarnya ditutup sementara.

Jalanan lain menjadi macet sehingga muncul kemacetan sepanjang 10 kilometer.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini