TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Di tengah upaya membebaskan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok militan, terjadi baku tembak selama sembilan jam antara militer Filipina dengan kelompok Abu Sayyaf di kawasan Basilan, Filipina Selatan, Sabtu (9/4/2016).
Dalam baku tembak tersebut militer Filipina kelhilangan banyak personelnya. Sebanyak 18 prajurit Filipina tewas, empat di antaranya dalam kondisi terpenggal.
Pasukan militer Filipina dikepung oleh sekira 150 personel kelompok Abu Sayyaf, di antaranya ada yang membawa peluncur granat M203.
Korban dari pihak militer tersebut tercatat sebagai korban terbanyak dalam sehari pertempuran sejak pemerintah Filipina memerangi pemberontak, baik dari kelompok muslim maupun komunis.
Dari pihak Abu Sayyaf, ada lima personel yang tewas dan 20 orang luka-luka.
Seorang personel Batalyon Infanteri ke-44, Sersan Erico Paglinawan, menceritakan bagaimana pasukannya terjebak di ranjau darat yang dipasang kelompok militan.
"Setelah ranjau darat meledak, tiba-tiba kami dihujani tembakan," ujar Erico ketika ditemui di rumah sakit.
Menurutnya pada saat itu prajurit yang bertugas melakukan operasi di Desa Baguindan, Tipo-Tipo, Basilan, berjumlah 30 orang. Erico terkena tembakan di bagian dada.
"Darah saya mengalir bagaikan air keluar dari kran," katanya.
Sambil menunggu datangnya tim evakuasi, tiga jam kemudian, Erico Paglinawan meminum darahnya sendiri, untuk mencegah kehabisan darah.
"Saya minum darah saya sendiri," ujarnya kepada Inquirer.
Komandan Batalyon ke-44, Kolonel Tommy Crosby, dan tiga perwira lainnya juga mengalami luka-luka. Kapten Kilbas Mauricio yang terkena tembakan di kaki kiri mengatakan baku tembak dimulai dengan ledakan ranjau.
"Kami dikepung bola api," katanya.
Mayor Filemon Tan, Juru Bicara Komando Mindanao Selatan Angkatan Bersenjata Filipina, mengatakan korban tewas dari pihak militan terdapat Mohammad Khattab, warga negara Maroko, tokoh paling senior di wilayah Basilan.
Korban tewas lainnya yaitu Ubaida Hapilon, putra Isnilon Hapilon, pimpinan kelompok Abu Sayyaf di kawasan Basilan.
Hapilon menyatakan mendukung kelompok Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS) dan mempunyai rekam jejak dalam sejumlah aksi teror serta penculikan.
Mayor Filemon Tan menambahkan di antara korban luka-luka dari pihak militan terdapat Radzmil Jannatul alias Kubayb, wakil komandan kelompok Abu Sayyaf.
"Dari pihak militer Filipina sebanyak 53 prajurit menderita luka-luka," kata Filemon Tan, Minggu (10/4/2016).
Bukan Mutilasi
Mayor Filemon Tan membantah ada prajurit yang dipenggal kepalanya oleh kelompok militan meski mengakui ada korban kehilangan kepala.
"Korban kehilangan kepala bukan berarti menjadi korban mutilasi. Kemungkinan musuh menggunakan peluru besar dan kuat sehingga menghancurkan kepala korban," katanya.
Menteri Pertahanan Filipina Voltaire Gazmin dan KSAD Jenderal Hernando Iriberri langsung terbang ke Kota Zamboanga dan Basilan, Minggu, untuk memberi pengarahan kepada komandan militer setempat dan menjenguk prajurit yang terluka.
Pasukan militer Filipina yang terlibat baku tembak dengan kelompok Abu Sayyaf tersebut berasal dari Batalyon Infanteri ke-44.
Menurut sumber militer, pertempuran berlangsung mulai pukul 07.00 hingga 17.00 waktu setempat, Sabtu.
Gubernur Wilayah Otonom Muslim Mindanao, Mujiv Hataman, mengaku mendapat laporan tewasnya sejumlah prajurit dalam kontak senjata dengan kelompok Abu Sayyaf.
Namun ia tidak mengetahui secara persis berapa jumlah personel militer yang tewas.
Ditambahkan, Hapilon berupaya menarik bantuan personel bersenjata dari kawasan Sulu, untuk mengantisipasi operasi militer lebih lanjut setelah kontak senjata di Basilan itu.
"Militer telah memblokir kawasan tersebut, begitu informasi yang saya terima dari lapangan," ujar Hataman. (feb)