TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Lantaran kerap berbeda pendapat dengan Presiden Turki, Perdana Menteri (PM) Turki Ahmet Davutoglu mengundurkan diri.
Perbedaan pendapat selama ini kerap memicu ketegangan antara Davutoglu dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan atas sejumlah isu.
Puncaknya, Davutoglu mengumumkan bahwa dirinya akan mundur sebagai kepala pemerintahan di negara itu dan pimpinan Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP).
"Setelah membicarakan ini dengan Presiden Erdogan, saya memutuskan bahwa akan menjadi hal yang tepat bagi AKP agar posisi saya digantikan," katanya.
Davutoglu yang telah menjabat sebagai PM selama nyaris dua tahun itu akan menegaskan keputusannya itu di kongres AKP pada 22 Mei 2016 mendatang.
Meski sempat bersitegang, Davutoglu tak ingin memberikan kesan buruk soal Erdogan dan justru mendoakan yang terbaik untuk Erdogan.
"Pemerintahan AKP akan terus berjalan hingga empat tahun ke depan. Masyarakat tak perlu khawatir situasi keamanan dan stabilitas pemerintahan,” tambahnya.
Namun, menurut Reuters, mundurnya Davutoglu dinilai akan menciptakan ketidakpastian politik dalam keanggotaan NATO.
Hal itu mengingat saat ini Eropa tengah membutuhkan bantuan untuk mengendalikan krisis migrasi, sedangkan AS butuh dukungan untuk melawan ISIS. (The Guardian/Reuters)