Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, FLORIDA – Lembaga penegak hukum di Amerika Serikat masih melanjutkan penyelidikan kasus penembakan brutal di kelab malam Pulse, Orlando.
Meski pelaku telah diketahui dan tewas dalam penyergapan Minggu pekan lalu, namun penyelidikan tetap dilakukan untuk mengumpulkan lebih banyak informasi terkait kasus ini.
Seperti yang telah diberitakan, pemuda 29 tahun keturunan Afganistan, Omar Mateen melakukan serangan di kelab khusus gay itu. Sebanyak 49 orang tewas dan 53 lainnya terluka.
Dari hasil penyelidikan terkini, Omar Mateen dilaporkan telah membeli perhiasan berharga hampir 9.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau senilai Rp117.000.000 sebelum ia melakukan penembakan massal yang tercatat terburuk dalam sejarah AS.
Omar Mateen dilaporkan membeli perhiasan mahal di Kay Jewelers di Jensen Beach, Florida pada Senin (6/6/2016), menurut ABC News, yang tidak mencantumkan sumber.
Enam hari kemudian, dia menembak mati 49 orang dan melukai 53 orang lain di dalam kelab malam Pulse di Orlando.
Sumber itu menyatakan pemilik toko perhiasan Kay, kini tengah bekerja sama dengan pihak keamanan dalam penyelidikan kasus pembunuhan tersebut.
Sebelumnya juga Pemilik toko senjata di Florida, AS, mengaku, penyerang bersenjata dalam tragedi Orlando datang ke tokonya untuk membeli pelindung tubuh dan 1.000 butir peluru.
Robert Abell, pemilik toko senjata Lotus Gunworks di Jensen Beach, Florida, Kamis (16/6/2016) menuturkan, seorang pemuda datang ke tokohnya lima minggu sebelum insiden penyerangan di kelab malam gay Pulse, Orlando.
Abell mengatakan, dia menolak permintaan calon pembeli itu karena curiga. Sebab, pria itu meminta jenis pelindung tubuh tingkat tinggi yang biasanya digunakan oleh penegak hukum.
Menurut Abell, pemuda calon pembeli itu pulang dengan tangan kosong. Toko pun memberitahu Biro Investigasi Federal (FBI).
Namun, karena tidak ada transaksi, pihak toko tidak mengecek identitas pria itu. Pemilik toko pun tidak apat memberikan nama apapun kepada otoritas terkait.
Abell mengatakan, pegawai toko baru menyadari tentang calon pembeli adalah Omar Mateen (29), pelaku penembakan di kelab malam gay Pulse, setelah ada laporan media tentang insiden itu.
Penembakan membabi-buta dilakukan Mateen pada Minggu (12/6/2016) dengan menyasar para pengunjung kelab malam gay Pulse, Orlando. Akibatnya, 49 orang tewas dan 53 orang terluka.
Mateen sendiri tewas ditembak mati oleh petugas keamanan setelah tiga jam bersitegang di kelab malam tersebut.
Pira kelahiran New York tahun 1986, dari ayah imigran Afganistan itu, bernama lengkap Omar Mir Seddique Mateen. Ia tinggal di Fort Pierce, Florida, 120 mil atau 193 km sebelah tenggara Orlando.
Pada saat melakukan penembakan di kelab malam Pulse, Mateen menggunakan pistol ukuran 9 mm dan senjata serbu, laras panjang semi-otomatis AR-15 kaliber 0,233.
Informasi soal jenis senjata yang dipakai Mateen itu disampaikan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak (ATF) dan dikonfirmasi oleh polisi Orlando.
Senapan AR-15 adalah singkatan dari Armalite Rifle model 15, ‘senjata favorit di AS’. Senapan ini mirip dengan senapan otomatis M16 atau karabin M14, dan dipasarkan untuk militer dan sipil.
Di AS, senapan itu dikenal dengan nomor model mereka. Armalite adalah perusahaan perakit senjata di AS, dan pada tahun 1959, ArmaLite menjual hak produksi AR-10 dan AR-15 ke Colt.
Hingga sejauh ini, polisi Orlando dan pihak ATF masih menyelidiki di mana Mateen membelinya.[TIME/ABC/AFP/AP]