News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sebanyak 28 Orang Tewas Dalam Serangan Brutal di Kafe Bangladesh

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi dan tentara berkumpul di sebuah perempatan dekat sebuah kafe di Dhaka, Bangladesh, di mana 28 orang tewas akibat serangan yang dilakukan oleh enam militan ISIS, Jumat (1/7/2016).

Tribunnews/Ruth Vania

TRIBUNNEWS.COM, DHAKA - Korban serangan di sebuah kafe di Bangladesh bertambah menjadi 28 orang, usai serangan itu diklaim oleh kelompok ISIS.

Insiden berawal dari penyerbuan sebuah kafe elite di Dhaka, Bangladesh, dan penyanderaan selama sepuluh jam pada Jumat (1/7/2016) tengah malam.

Kejadian itu kemudian diketahui menewaskan 20 orang yang didalangi oleh enam militan bersenjata.

Namun, pada Sabtu (2/7/2016) dini hari waktu setempat, dikabarkan korban tewas mencapai 28 orang, termasuk enam militan itu.

Termasuk menjadi korban tewas adalah sejumlah warga asing yang dijadikan sandera oleh para militan itu saat menyerbu kafe tersebut.

Di antaranya ada sembilan orang warga Italia, tujuh orang warga Jepang, tiga warga Bangladesh, seorang warga AS, dan seorang warga India.

"Para teroris itu menggunakan senjata tajam untuk membunuh mereka secara brutal," kata Brigjen Nayeem Ashfaq Chowdhury dari Pangkalan Militer Bangladesh.

Dari 35 orang yang disandera di dalam kafe itu, 20 orang dihabisi nyawanya lantaran tak bisa menyebut ayat Al Quran saat diminta para militan itu.

ISIS telah mengklaim serangan tersebut pada Sabtu, melalui media pemberitaannya, Amaq.

Kelompok yang bercokol di Irak dan Suriah itu memperingatkan bahwa "negara-negara kafir" tidak akan aman selama terus menyerang muslim.

Diketahui para militan yang melakukan serangan itu adalah warga Bangladesh yang beberapa di antaranya sebelumnya pernah hampir ditahan kepolisian.

Serangan pada Jumat itu dikatakan berbeda dengan serangan teror sebelumnya di negara itu, yang disebut lebih terkoordinasi. (Reuters/CBS News)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini