TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC -- Seorang pria yang pernah menjadi perekrut anggota baru Al-Qaeda kini bekerja sebagai peneliti di Universitas George Washington, AS.
Jesse Morton alias Younus Abdullah Muhammad, pernah sangat membenci AS dan mengancam pembuat acara televisi South Park karena menampilkan wajah Nabi Muhammad.
Namun, Jesse bekerja di Universitas George Washington untuk menulis dan melakukan riset soal kontra-terorisme.
Seamus Hughes, wakil direktur program pengkajian ekstremisme untuk pusat keamanan siber dan dalam negeri di universitas tersebut, mengatakan, Jesse Morton akan memberikan perspektif unik bagi lembaganya.
"Kami belum mengetahui cara mendekati individu yang jatuh dalam radikalisasi. Jesse pernah berada di dunia itu dan memahaminya," ujar Hughes.
Hughes menambahkan, dia membicarakan masalah Jesse Morton dengan FBI, petinggi keamanan dan jaksa yang menuntutnya. Semua sumber itu memastikan Jesse sudah berubah.
Jesse lahir di Pennsylvania dan pernah menjadi anggota paduan suara anak-anak di gereja Baptis tempat neneknya beribadah.
Masa kecilnya penuh dengan perlakukan keras keluarganya, pernah ditangkap dua kali dalam kasus narkoba dan mulai mencari kelompok-kelompok radikal.
Saat dia dipenjara di Virginia, dia bertemua dengan seorang narapidana ekstremis dan saat itulah proses radikalisasi Jesse dimulai.
Pada 2008, Jesse ikut mendirikan organisasi "Revolusi Muslim". Setahun berikutnya dia mendukung serangan di Fort Hood, Texas yang menewaskan 13 orang.
Di saat yang sama, Jesse menuntut ilmu di Universitas Columbia dan meraih gelar master dalam bidang hubungan internasional.
Setelah berkunjung ke Maroko, di mana dia bertemu para pemuda Muslim sekuler, gambarannya soal Islam mulai berubah.
Namun kemudian dia ditangkap aparat Maroko dan diekstradisi ke AS untuk menjalani hukuman penjara karena mengancam produser acara South Park.
Jesse dijatuhi vonis 11 tahun penjara tetapi hanya menjalani tiga tahun masa hukumannya. Selama di penjara, Jesse menghabiskan waktunya di perpustakaan, membaca karya sastra dan filsafat.
Secara khusus, Jesse mengucapkan terima kasihnya kepada seorang agen perempuan FBI yang memperlakukan dia sebagai manusia dan mendorongnya untuk membuka diri.
Sejak dibebaskan dari penjara Februari 2015, Jesse ikut membantu FBI dalam sejumlah kasus penting.
"Saya menderita karena melakukan kesalahan yang sangat besar," kata Jesse kepada CNN ketika itu.
"Saya sudah melihat banyak hal yang dilakukan organisasi ekstremis dan mengetahui bahwa saya pernah mendukung ide-ide mereka, sungguh menyakitkan," tambah dia.
Jesse adalah satu dari sejumlan mantan anggota kelompok militan yang memilih untuk meninggalkan masa lalunya dan mulai mendidik orang lain.
Nama lain adalah Maajid Nawaz, mantan anggota sebuah kelompok radikal Islam yang kini menjadi aktivis dan penulis. Dia bahkan menjadi pengkritik keras ekstremisme Islam di Inggris.