TRIBUNNEWS.COM, MOSUL -- Pesawat Angkatan Udara Irak menyebarkan ribuan selebaran di Mosul.
Selebaran itu berisi peringatan bagi warga tentang akan adanya upaya ofensif untuk membebaskan kota itu dari cengkraman kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Penyebaran dilakukan pada Sabtu malam (15/10/2016) lalu. Aksi ini dilakukan setelah gempuran artileri berjam-jam oleh pasukan Irak dan Kurdi.
Pertanyaan pun muncul, apakah serangan besar memang telah dimulai di Mosul?
Presiden Pemerintah Regional Kurdistan Massoud Barzani mengumumkan dimulainya langkah ofensif dalam pernyataan di Internet.
Barzani menyebut, persiapan operasi pembebasan Mosul telah selesai dan telah memuluskan jalan untuk memulai operasi di Mosul.
Barzani menambahkan, ia berharap operasi itu sukses dan secara bersama-sama dapat membebaskan penduduk Mosul dari tirani ISIS.
Pemimpin Kurdi itu belakangan menulis pesan di Twitter yang menyatakan, telah tiba waktunya untuk memulai pembebasan di Mosul.
Sementara, utusan khusus Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk koalisi anti-ISIS, Brett McGurk, menyebut, serangan besar belum dimulai.
Serangan baru akan dimulai apabila Baghdad menyatakan demikian.
Dalam pesannya di Twitter, McGurk menulis, operasi Mosul akan dimulai apabila diumumkan oleh Perdana Menteri Abadi.
Dia menyatakan, semua yang dikatakan sebelum itu adalah pernyataan dini.
Kebingungan mengenai langkah ofensif itu telah dimulai pun menyoroti persaingan antar kelompok etnis dan agama dalam koalisi anti-ISIS yang dinilai rapuh. Kondisi ini mengganggu perencanaan serangan.
Para analis khawatir persaingan itu akan merongrong operasi militer yang memicu pertempuran internal.
Pertempuran itu demi memperebutkan kota Mosul, atau bahkan kawasan yang lebih luas, setelah ISIS berhasil diusir dari sana.