News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Uni Emirat Arab Keluarkan Travel Warning Ke Turki Setelah Serangan Teror Di Klub Malam Istanbul

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bunga dan lilin yang diletakkan di depan klub malam Reina, di Istanbul, Turki, untuk mengenang korban penembakan malam tahun baru, Sabtu (31/12/2016). (The Guardian/AFP/Getty Images/Yasin Akgul)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, ISTANBUL - Uni Emirat Arab telah memperingatkan warga negaranya untuk tidak bepergian ke Turki setelah serangan teror di klub malam Istanbul yang menewaskan 39 orang.

Kementerian Luar Negeri UEA telah mengeluarkan pernyataan singkat dalam bahasa Arab agar warganya menunda rencana bepergian ke Turki sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Penembakan di klub malam di Istanbul, Turki, pada malam perayaan Tahun Baru yang menewaskan 39 orang menambah panjang daftar serangan mematikan di Turki dalam setahun terakhir.

Selama 12 bulan kebelakang, serangan di berbagai tempat, terutama di Ankara, ibu kota Turki, dan satu kota terbesar di negara itu, yakni Istanbul, telah menewaskan lebih dari 150 orang.

Pada awal Desember 2016, dua serangan bom di luar stadion sepak bola di Istanbul menewaskan 44 orang.

Pada pertengahan 2016, serangan senjata dan bom di bandar udara di kota itu juga menewaskan 41 orang.

Di Ankara, pada pertengahan Maret, ledakan bom bunuh diri menewaskan 37 orang.

Satu bulan sebelumnya iringan-iringan militer diserang akibatanya 28 orang tewas.

Serangan ini memukul sektor pariwisata, satu pemasukan utama bagi Turki, negara yang memiliki sejarah peradaban yang sangat panjang.

Banyak wisatawan, baik dari Eropa maupun Asia, termasuk Indonesia, berkunjung ke negara ini.

"Angka wisatawan turun drastis sejak terjadi sejumlah serangan. Biasanya, apartemen yang kami sewakan selalu penuh. Kali ini, di musim liburan, hanya beberapa kamar saja yang terisi," ungkap Kutay, warga Istanbul, kepada BBC, Juli lalu.

Kutay dan keluarganya memiliki beberapa apartemen di kawasan Masjid Sultanahmet, Istanbul.

"Kondisi ini tentu menyulitkan, terutama bagi kami yang mencari penghasilan dari sektor pariwisata," tambah Kutay.

Ia mengatakan penurunan terbesar berasal dari negara-negara Eropa.

Satu operator wisata kepada media Inggris The Independent mengatakan, Turki adalah satu tujuan wisata utama bagi warga Inggris.

Namun sepanjang 2016 terjadi penurunan tajam yang membuat mereka tak bisa menawarkan paket wisata ke negara tersebut.

Tak bisa dipungkiri, berbagai pemberitaan soal serangan teroris membuat sebagian orang lebih memilih berlibur ke tempat lain, misalnya ke Yunani.

Situasi ini memunculkan pertanyaan apakah sebaiknya tetap berwisata ke Turki atau mengalihkan rencana ke negara-negara lain. (AP/BBC)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini