TRIBUNNEWS.COM, NEWYORK - Perusahaan kedai kopi waralaba, Starbucks, mengatakan, akan mempekerjakan 10.000 pengungsi dalam lima tahun ke depan.
Langkah itu untuk menanggapi penangguhan tidak terbatas oleh Presiden AS Donald Trump terhadap larangan perjalanan sementara dan pengungsi dari tujuh negara mayoritas Muslim.
Kepala dan CEO Starbucks, Howard Schultz, mengatakan dalam sebuah surat kepada karyawannya bahwa perekrutan tersebut akan berlaku untuk kedai kopi Starbucks di seluruh dunia.
“Upaya itu akan dimulai di AS di mana fokusnya akan mempekerjakan imigran,” kata Schultz.
Schultz, seorang pendukung Hillary Clinton selama kampanye Presiden AS tahun lalu, mengecam agenda Trump yang berfokus pada imigrasi, menghapus sistem kesehatan yang diupayakan pendahulunya Barack Obama, dan mengubah kebijakan perdagangan dengan Meksiko.
Surat itu mengatakan, Starbucks akan membantu para petani kopi di Meksiko dan menyediakan asuransi kesehatan untuk pekerja yang memenuhi syarat jika sistem perawatan kesehatan Obama dicabut.
Starbucks juga mendukung program imigrasi masa Obama yang memungkinkan imigran muda yang masuk ke AS ketika anak-anak mengajukan penangguhan deportasi dua tahun dan pemberian izin kerja.
Tidak semua pemimpin perusahaan menyetujui kebijakan Trump.
Schultz menambahkan, Starbucks akan berusaha untuk lebih sering berkomunikasi dengan pekerjanya.(Pascal S Bin Saju/VOA Indonesia)