TRIBUNNEWS.COM, AUSTRALIA - Lebih dari 20 persen atau hampir 2.000 orang tokoh gereja Katolik Australia termasuk pastor, pemuka agama, dan pegawai gereja diduga terlibat berbagai kasus pelecehan seksual.
Hal itu terungkap dalam persidangan komisi khusus Royal Commission into Institutional Responses to Child Sexual Abuse di Sydney, Australia, Senin (6/2/2017).
Sidang ini memeriksa kebijakan dan prosedur otoritas gereja di Australia saat ini terkait perlindungan dan standar keamanan anak-anak serta respon gereja terhadap laporan pelecehan.
Dalam sambutannya, Gail Furness SC mengatakan, sebuah survei mengungkapkan 4.444 kasus pelecehan antara Januari 1980 hingga Februari 2015 dilaporkan ke otoritas Gereja Katolik Australia.
Gail menambahkan, 60 persen korban yang menghadiri sesi pertemuan dengan komisi khusus, melaporkan pelecehan terjadi di lembaga-lembaga keagamaan.
Dari jumlah tersebut, hampir dua pertiganya melaporkan pelecehan terjadi di lembaga-lembaga yang berafiliasi ke gereja Katolik.
Laporan komisi khusus mengungkapkan sebanyak 1.880 terduga pelaku pelecehan berasal dari Gereja Katolik, 572 di antaranya pastor. Gail Furness menggambarkan pengakuan para korban itu sangat menyedihkannya.
"Anak-anak diabaikan atau lebih buruk lagi diberi hukuman," katanya.
"Tuduhan tidak ditindaklajuti. Pastor dan pemuka agama dipindahkan. Tempat tugas baru atau jemaatnya tidak tahu menahu masa lalu mereka ini," tutur Furness.
"Dokumen-dokumen tidak disimpan, atau dihancurkan. Kerahasiaan berlaku begitu pula upaya menutup-nutupi," tambahnya.
Usia rata-rata para korban saat mereka diduga dilecehkan adalah 10 tahun untuk anak perempuan dan 11 tahun untuk anak laki-laki.
Lembaga keagamaan menjadi sorotan dengan data yang menunjukkan antara tahun 1950 dan 2010, lebih dari 20 persen kasus pelecehan anak terjadi di lembaga Marist Brothers, Salesians of the Don Bosco, dan Christian Brothers.
Berdasarkan data yang dirilis untuk kali pertama ini, kasus pelecehan di organsisasi St John of God Brothers, bahkan mencapai 40,4 persen.
Di antara korban adalah dua anak perempuan dari pasangan Anthony dan Chrissie Foster. Satu dari kedua anak itu telah meninggal dunia.
Di luar persidangan, Chrissie menuturkan kisah perlakuan Gereja Katolik terhadap anak-anak mereka.
"Para pastor Katolik telah membuat nama Tuhan jadi jelek. Mereka ini aib. Mereka tak menyesali perbuatannya," kata Chrissie.
"Sudah begitu lama hal ini menjadi cara mereka menyembunyikan pelaku. Memindahkan tempat tugas mereka, tanpa memperdulikan anak-anak lainnya bisa menjadi korban dan mengalami nasib mengerikan ini," tambahnya.
"Mereka tidak menunjukkan belas kasihan, tidak ada penyesalan. Tidak ada sama sekali," tambah Chrissie.
Salah seorang tokoh paling senior Gereja Katolik Australia, Francis Sullivan dalam persidangan mengakui terjadinya pelecehan dan menegaskan bahwa jumlahlanya sangat mengejutkan.
"Kejadian itu tragis dan tidak dapat dibela," ujarnya.
"Setiap yang tertera dalam data ini, umumnya mewakili anak-anak yang menderita di tangan seseorang yang seharusnya merawat, dan melindungi mereka," ujar Sullivan,
Keuskupan Sydney, Perth, Brisbane, Adelaide, Melbourne, dan Canberra-Goulburn bertemu untuk memberi bukti-bukti sebagai bagian dari persidangan terbuka selama tiga pekan.
Diperkirakan pertanyaan akan berfokus pada seberapa jauh pelecehan seksual anak-anak terjadi dalam hampir tujuh dekade dan langkah yang dilakukan pemimpin gereja untuk melindungi anak-anak yang menjadi korban.
Ini merupakan persidangan terbuka yang ke-50 dari penyelidikan komisi khusus yang dijadwalkan berlangsung selama 4 tahun, sekaligus persidangan ke-16 khusus bagi Gereja Katolik.
Komisi khusus melakukan penyelidikan bagaimana berbagai lembaga di Australia termasuk sekolah, gereja, klub olahraga, dan lembaga pemerintah menanggapi laporan pelecehan seksual di lembaganya masing-masing.
Sumber : Australia Plus ABC