Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi IX DPR Saleh Daulay meminta pemerintah tetap ikut mendampingi proses peradilan Siti Aisyah. Apalagi, Kementerian Luar Negeri telah menyatakan bahwa Siti Aisyah itu adalah benar WNI. Artinya, negara memiliki kewajiban untuk membela dan membantu warga negaranya.
"Sejauh ini kan ada dugaan bahwa dia terlibat. Persoalannya, keterlibatan itu perlu pembuktian di pengadilan. Dalam konteks inilah pemerintah diminta ambil bagian. Siapa tahu, ternyata dia tidak bersalah. Atau, paling tidak ada upaya yang dilakukan untuk meringankan hukuman yang akan dijatuhkan," kata Saleh melalui pesan singkat, Selasa (28/2/2017).
Sejauh ini, kata Saleh, pemberitaan yang ada banyak yang menyebutkan bahwa Siti Aisyah melakukan tindakan itu karena menduga hanya sebatas akting saja. Kalau itu betul, Siti Aisyah bisa jadi adalah korban. Dia dimanfaatkan orang lain yang telah merancang pembunuhan tersebut.
"Kan info yang kita dapat, Siti Aisyah itu kan diminta berperan dalam acara reality show TV. Mungkin karena butuh uang, dia bersedia. Kebenaran cerita ini kan perlu didalami," kata Politikus PAN itu.
Sebelumnya diberitakan Tribunnews.com, Siti Aisyah dan seorang perempuan Vietnam dipastikan akan didakwa terkait pembunuhan Kim Jong-nam, kakak pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Jaksa Agung Malaysia menegaskan hal itu melalui pesan seluler kepada BBC.
Jika dinyatakan bersalah, Siti Aisyah terancam hukuman mati dengan digantung. Keduanya akan dihadapkan ke pengadilan hari Rabu (1/3/2017).
Siti Aisyah, perempuan Indonesia berusia 25 tahun, dan Doan Thi Huong, perempuan Vietnam berusia 28 tahun, bersama seorang warga Malaysia dan sejumlah warga Korea Utara merupakan tersangka pembunuhan yang berlangsung di Bandara Kuala Lumpur dua pekan lalu.
Di antara tersangka, terdapat seorang pejabat kedutaan Korea Utara, seorang staf maskapai penerbangan Korut, dan empat orang yang disebutkan sebagai mata-mata Korut. Namun sejauh ini selain Siti AIsyah dan Doan Thi Huong, hanya ada dua orang lain yang sudah ditangkap: seorang warga Malaysia dan seorang warga Korut.
Kim Jong-nam, yang dianggap sebagai pengeritik rezim adiknya setelah gagal jadi pemimpin karena kepergok menggunakan paspor Palsu saat hendak pergi ke Jepang, dibunuh saat menunggu pesawat di Bandara Kuala Lumpur, 13 Februari.