TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Diancam pemakzulan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengaku tak takut.
Duterte tengah diancam tuntutan dari Mahkamah Internasional (ICC) atas kebijakannya dalam memberantas peredaran narkoba di Filipina.
Ancaman tersebut bahkan dapat menggulingkannya dari kursi pemerintahan.
Namun, Duterte mengaku tak sedikit pun takut dan terintimidasi akan ancaman tersebut, mengingat dirinya memang berniat memberantas narkoba.
"Saya tidak akan terintimidasi oleh ICC dan upaya pemakzulan," ucap Duterte, Minggu (19/3/2017), sebelum terbang ke Myanmar.
"Tak peduli jika ini semua harus dibayar dengan nyawa, harga diri, dan jabatan saya. Saya tak peduli, yang penting saya tetap memegang janji saya," katanya lagi.
Soal kritik yang terus mengalir atas upayanya memberantas narkoba, Duterte mengatakan sebenarnya upayanya itu dibekingi urgensi untuk mewujudkan janji-janji kampanyenya.
Janji-janji tersebut termasuk melawan korupsi, narkoba, dan kriminalitas.
"Sebenarnya simpel saja, buang narkoba itu jika Anda ingin tetap hidup. Berhenti menyelundupkan sesuatu secara ilegal jika Anda tak ingin berurusan dengan pemerintah," tutur Duterte.
Duterte juga berpendapat kebijakannya memberantas pengedaran narkoba sudah sesuai hukum.
"Jika Anda seorang penjahat dan tertangkap, jangan lawan para polisi itu. Sebab, saya sudah memerintahkan mereka untuk menembak Anda jika Anda membahayakan mereka," ujar Duterte.
Atas kebijakan "tembak mati" penjahat narkoba yang diberlakukan Duterte di penjuru Filipina, ribuan orang tewas dalam operasi anti-narkobanya.
Duterte memang terus mengampanyekan upaya pemberantasan narkoba di Filipina, bahkan sampai meminta warga sipil ikut membantu untuk "menghabisi" penjahat narkoba di sekitar mereka.
Kebijakan itu kerap mendapat kritik dari organisasi dan kelompok aktivis HAM.
Namun, Duterte tetap berpendapat bahwa apa yang dilakukannya sudah tepat karena menurutnya narkoba lebih merusak generasi bangsa. (Inquirer)