News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cuaca Cerah Warga Jepang Ramaikan Daerah Kanto Nikmati Keindahan Bunga Sakura

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Jepang berhanami di sebuah taman di Tokyo sambil menari, minum-minum dan bersenda gurau bersama teman dan keluarga.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Minggu (2/4/2017) hari ini di berbagai tempat di daerah Kanto, Tokyo dan sekitarnya, meriah ber-hanami (beraktivitas) di bawah pohon Sakura yang sedang mekar, dibandingkan kemarin yang mendung dan gerimis.

"Puji Tuhan Minggu ini cerah sekali, bagus sekali cuacanya ya sehingga kami sekeluarga dan teman-teman bisa asyik kumpul dan bersenda gurau, makan minum sambil bernyanyi dan menari," kata Katsura Nakayama kepada Tribunnews.com, Minggu pagi di sebuah taman di Tokyo.

Cuaca cerah sangat mendukung semua orang berhanami, mengambil foto (selfi) dan sebagainya. Anak-anak pun berlari bermain dengan temannya dengan ceria di banyak tempat.

Di berbagai kuil pun banyak dilakukan Matsuri atau festival berbagai macam disertai kedai-kenai makanan yang ikut memeriahkannya dengan jualan yakisoba (mi goreng), takoyaki, dan sebagainya berbagai makanan Jepang.

Tradisi Jepang menikmati keindahannya di bawah bunga Sakura ini memang sudah ada sejak ratusan tahun lalu, terutama di Zaman Nara antara tahun 710-794.

Saat itu masih meriah dengan perayaan bunga ume (plum) yang mirip sakura.

Pohon sakura mekar di Jepang dari pertengahan Maret hingga awal April (kecuali di Okinawa dan Hokkaido).

Prakiraan pergerakan mekarnya bunga sakura disebut garis depan bunga sakura (sakurazensen). Prakiraan ini dikeluarkan oleh direktorat meteorologi dan berbagai badan yang berurusan dengan cuaca.

Saat melakukan hanami adalah ketika semua pohon sakura yang ada di suatu tempat bunganya sudah mekar semua.

Kemudian Zaman Heian (794-1185), sakura datang untuk menarik lebih banyak perhatian dan hanami adalah identik dengan sakura.

Sejak saat itu, baik waka (membuat puisi Jepang) dan haiku (mendengarkan puisi Jepang), menuliskan "bunga" yang berarti "sakura."

Hanami pertama kali digunakan sebagai istilah analog dengan melihat sakura di Zaman Heian, khususnya sesuai cerita The Tale of Genji.

Sakura awalnya digunakan untuk mensyukuri panen tahun itu dan juga mengumumkan musim tanam padi.

Orang percaya adanya Tuhan atau Dewa di dalam pohon sehingga membuat persembahan. Setelah itu, mereka memberikan sake agar dijauhkan dari yang jahat dan panen dengan sukses.

Kaisar Saga dari periode Heian mengadopsi praktik ini, dan mengadakan pesta bunga, melihat dengan kepentingan tertentu sekaligus juga dengan pesta-pesta di bawah mekar pohon sakura di Pengadilan Imperial di Kyoto (yang saat itu sangat indah banyak bermekaran Sakura).

Banyak puisi ditulis memuji bunga kecantikan Sakura, yang dilihat sebagai metafora sebagai kehidupan itu sendiri, bercahaya dan indah namun hanya sekilas dan singkat. Hal ini lah asal mulanya pengartian Hanami di Jepang.

Baca: KJP Anaknya Hilang, Nurbaiti Menangis Mengadu kepada Rieke Diah Pitaloka

Kebiasaan ini awalnya terbatas pada elit kalangan raja-raja. namun kemudian menyebar ke kalangan para Samurai Jepang dan di jaman Edo ke masyarakat biasa.

Raja Tokugawa Yoshimune melakukan penanaman pohon Sakura, dikampanyekan lebih luas sehingga muncullah kebiasaan makan minum berpesta cerita di bawah pohon sakura.

Kemudian muncul sindiran Hana yori Dango, yang artinya ternyata lama-kelamaan orang malahan lebih memprioritaskan makan minum saat pesta Hanami ketimbang menikmati bunga Sakura itu sendiri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini