News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Suriah

Mengerikan Inilah Gejala dan Bahaya Senjata Kimia dalam Perang Suriah

Penulis: Cornelia Putri Indriastuti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS - Serangan bom gas beracun yang menyerang Suriah beberapa waktu lalu telah menewaskan setidaknya 70 orang warga, baik dewasa maupun anak-anak.

Gejala yang diderita para korban merujuk pada gejala-gejala yang ditimbulkan akibat paparan gas beracun sarin.

Berdasar laporan BBC pihak resmi Suriah menyangkal penggunaan senjata kimia apapun.

Gambar yang beredar menunjukkan musibah yang diduga diakibatkan oleh serangan kimia.

Pada tingkat internasional kritik selanjutnya mengarah pada Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang mencakup kritik dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pihak pemerintahan Trump.

Pihak intel Amerika dan Rusia telah membuat kesimpulan bahwa pemerintah Suriah-lah yang melakukan serangan tersebut.

Hal ini juga disampaikan oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang menyebutkan bahwa serangan kimia tersebut dibawa melalui pesawat tempur milik militer Suriah.

Serangan kimia tersebut menggunakan zat kimia sarin yang dikenal sebagai zat kimia mematikan yang menyerang syaraf.

Sarin merupakan zat kimia cair yang tidak berwarna, tidak berbau, dan sangat mematikan.

Zat ini termasuk dalam jajaran zat kimia yang digunakan sebagai senjata pemusnah massal.

Sarin merupakan senyawa organofosfat yang pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Jerman Gerhard Schrader pada 1937.

Zat ini dimaksudkan untuk membunuh serangga, namun pada perkembangan berikutnya zat ini dikembangkan menjadi gas racun yang menyerang syaraf karena dampak buruknya terhadap tubuh manusia.

Sarin menyerang sistem syaraf dengan merusak neurotransmiter yang merupakan sistem komunikasi antarsyaraf dalam tubuh manusia.

Serangan ini akan terus berulang selama prosesnya sedang berlangsung.

Ketika prosesnya telah selesai zat ini memiliki sistem yang mencegah kerusakan dalam jaringannya sendiri.

Mata korban akan mulai rusak tanpa terkendali, kemudian korban akan mengeluarkan air liur, mutah, dan selanjutnya kehilangan kontrol terhadap usus dan kandung kemih.

Lebih jauh lagi pengelihatan akan mengabur dan sistem pernafasan korban akan terhambat yang mana menyebabkan rasa nyeri yang teramat sangat di area dada.

Paparan dari gas sarin yang mematikan akan mengakibatkan tubuh kejang sebelum akhirnya lumpuh.

Serangan kimia seperti yang terjadi di Suriah bisa membunuh manusia hanya dalam waktu 10 menit.

Dalam konteks ini seluruh bagian tubuh dimatikan seluruhnya dalam 10 menit.

Korban akan kesulitan bernafas ataupun berpikir, dan yang dirasakan hanyalah rasa sakit dan penderitaan.

Zat kimia sarin sangat mematikan, bahkan Nazi pernah menolak untuk menggunakannya saat Perang Dunia Kedua karena khawatir akan adanya pembalasan dengan menggunakan zat yang sama dari pihak lawan.

Jika rezim paling mematikan di dunia saja menolak menggunakannya karena takut mendapat balasan yang sama, Anda bisa bayangkan betapa mematikannya zat ini.

Namun sayangnya rezim lain menggunakan zat ini untuk membunuh ribuan orang.

Dilansir dari Unilad.co.uk, Jumat (7/4/2017), pada 1988 di bawah kediktatoran Sadam Hussein, pemerintah Irak menggunakan campuran sarin dan sulfur mustard untuk membunuh 5000 orang Kurdis di Halahbja.

Pada tahun yang sama, sebagaimana perang antara Irak dan Iran semakin panas, sarin digunakan untuk menyerang tentara Iran pada empat kesempatan yang berbeda.

Pada 1994 kelompok keagamaan Aum Shinrykio mengeluarkan bentuk tidak murni dari sarin di Matsumoto, Nagano.

Serangan tersebut menyebabkan delapan orang meninggal dan 200 orang terluka.

Satu tahun berikutnya terdapat serangan susulan di stasiun kereta bawah tanah Tokyo yang membunuh 12 orang.

Pada 2013, ketika perang saudara di Suriah terjadi, sarin digunakan dalam serangan di area Ghouta.

Berbagai sumber menyebutkan bahwa jumlah korban meninggal mencapai 322 hingga 1729 orang.

Dr Shajul Islam, yang telah menjalani pelatihan di Inggris dan saat ini bertugas di Suriah utara, menunjukkan rekaman mengerikan mengenai para korban Suriah.

Shajul mengunggah serangkaian informasi dan video pada akun Twitternya @DrShajulIslam pada Selasa (4/4/2017).

Pada tweet pertamanya Shajul menuliskan, "Rumah sakit kami penuh (dengan kroban) dari serangan sarin hari ini. Siapapun yang ingin bukti, aku akan melakukan panggilan video denganmu".

Unggahan tersebut ditulisnya dengan menggunakan huruf besar seluruhnya.

Pada unggahan kedua Shajul menyertakan sebuah video yang menunjukkan kondisi para korban di rumah sakit.

"Apa kau masih meragukan #Sarin digunakan pada kami? Pupil yang tidak bereaksi! Kami memiliki contohnya. Akankah ada yang peduli!? Siapa yang akan menghentikan ini? #Suriah," demikian tulis Shajul bersama unggahan videonya di Twitter.

Pada pukul 4 sore Shajul kembali menuliskan dalam akun Twitternya, "Ini adalah yang terakhir dari serangan sarin. Pasien masih datang membanjiri (rumah sakit). Anak ini dilarikan tanpa satupun keluarganya. Mereka mungkin telah meninggal".

Tulisan itu disertai gambar seorang anak kecil yang menangis dan sedang mendapatkan perawatan dari para tenaga medis.

Pada tweet terakhirnya Shajul menuliskan, "Video 10 menit dari serangan sarin di #Suriah. Silahkan gunakan rekaman ini untuk membentuk kesadaran (masyarakat dunia)".

Tulisan terakhirnya tersebut disertai tautan ke sebuah video yang diunggah pada akun Youtube Dr Shajul Islam pada Selasa (4/4/2017).

Selengkapnya tonton video di atas. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini