Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT -- Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan dukungannya untuk pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Minggu (10/4/2017), setelah rudal Amerika Serikat (AS) membombardir pangkalan udara Suriah.
Dalam hubungan telepon dengan Assad, Rouhani menilai penembakan rudal oleh AS pada Jumat (7/4/2017) adalah "jelas-jelas pelanggaran" kedaulatan Suriah. Demikian laporan media pemerintah Suriah.
Assad menuduh AS berusaha untuk meningkatkan moral "kelompok teroris" di Suriah. Pemerintah merujuk kepada semua orang-orang selama ini berjuang melawan teroris.
Iran pun menyediakan bantuan militer dan ekonomi yang penting bagi Assad selama enam tahun perang saudara di Suriah.
Serangan AS ini pun telah membuat milisi Syiah dari di Timur Tengah siap berjuang untuk mendukung pemerintah Assad. Bahkan mereka telah mengirimkan pasukan dan perwira dari pengawal-pengawal Revolusionernya sendiri.
AS mengatakan serangan rudal tersebut diambil dalam menanggapi serangan gas kimia terhadap warga di daerah yang dikuasai pemberontak di kota Khan Sheikhoun minggu lalu, yang menuding pasukan pemerintah ada di balik serangan tersebut. Pemerintah Suriah telah membantah menggunakan senjata kimia.
Rusia juga bereaksi keras terhadap serangan rudal Tomahawk Amerika Serikat (AS) ke Suriah.
Presiden Vladimir Putin tetap ngotot mempertahankan pandangannya bahwa sekutunya, Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tidak mungkin melakukan serangan kepada bangsanya sendiri dengan senjata kimia.
Rusia melihat operasi Amerika Serikat ini akan menimbulkan keretakan hubungan antara Moskow dan Washington.
Iran, sekutu utama Rusia mendukung Assad juga mengutuk serangan Amerika yang memgakibatkan enam orang tewas, menurut militer Suriah.
Juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitri S. Peskov mengatakan serangan Amerika itu merupakan pukulan signifikan untuk hubungan Amerika-Rusia.
"Presiden Putin menganggap serangan Amerika itu merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan dibuat atas dalih palsu dan mengada-ada," kata Peskov.
Moskow juga mendorong Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) untuk mengadakan pertemuan darurat membicarakan serangan rudal Amerika.
"Serangan rudal jelajah Amerika ke pangkalan udara di Al Shayrat pada Jumat (7/4/2017), yang diarahkan terhadap jet tempur Suriah dan infrastruktur lainnya, juga mengabaikan fakta bahwa "teroris" telah juga menggunakan senjata kimia," ujar Peskov, tanpa menyebut contoh-contoh spesifik.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Ghasemi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintahannya mengutuk serangan rudal Amerika.
Ia menambahkan bahwa serangan Amerika itu akan "memperkuat gagalnya perang terhadap teroris" dan makin membuat rumit situasi di wilayah itu.
Ghasemi mencatat bahwa Iran, sebagai korban utama dari serangan senjata kimia selama Perang Iran-Irak tahun 1980an, mengutuk penggunaan senjata kimia di mana pun.
Tapi, ia menambahkan, tuduhan terhadap Suriah melakukan serangan senjata kimia belum terbukti.
Dalam hal tindakan Amerika, Teheran "menganggap tudingan Amerika terhadap Suriah menggunakan senjata kimia masih sepihak dan itu berbahaya, destruktif dan pelanggaran terhadap hukum internasional."
Sekutu Mendukung
Sekretaris Pertahanan Inggris, Michael Fallon, menyatakan dukungan terhadap serangan rudal Amerika.
"Salah satu tujuan dari tindakan ini sangat terbatas dan sesuai untuk mencegah rezim menggunakan gas kimia dengan cara mengerikan," katanya kepada BBC.
Dalam sebuah pernyataan bersama, kanselir Jerman, Angela Merkel Kanselir Jerman dan Presiden Perancis, François Hollande mengatakan bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad, "harus bertanggung jawab."
Juru bicara presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin, mengatakan serangan Amerika sangat positif menanggapi yang aksi "kejahatan perang" di Suriah, di mana perang sipil enam tahun telah menyebabkan kematian hampir 400.000 orang dan menciptakan Krisis pengungsi ketika jutaan warga berusaha melarikan diri dari negeri itu.
Serangan Amerika juga dipuji oleh Israel dan Arab Saudi, dua sekutu penting Amerika Serikat di Timur Tengah.
Dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan kantor berita Saudi Arabian, SPA, menilai serangan itu merupakan "keputusan berani" oleh Presiden Trump.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan dia berharap tindakan ini akan "berdampak nyata tidak hanya di Damaskus, tetapi di Teheran, Pyongyang dan tempat lain." (AP/NYTimes/NHK/Washington Post/BBC)