Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebanyak 7 perusahaan Jepang berpartisipasi dalam pameran kerajinan tangan di Jakarta sejak 26 April lalu.
Namun sebuah kerajinan Jepang elit dari Kyoto, tenun Nishijin, ternyata disukai warga Indonesia karena mirip dengan batik.
"Seorang perempuan Indonesia kemarin membeli permadani Nishijin dengan harga sekitar 50 juta rupiah untuk didekorasikan di kantor suaminya. Dibeli produk itu karena mirip batik dan sangat cantik," kata si pembeliepeti dituturkan Shinici Tanaka.
Karakteristik tenun Nishijin yang dipamerkan dengan pola sangat mewah itu memiliki banyak warna dan ada yang didominasi dengan warna perak dan emas.
Seorang pemimpin kelompok toko Tanaka Den, Shinichi Tanaka (61) mengungkapkan bahwa permintaan domestik di Jepang sudah mulai menurun.
Sementara di Indonesia karena punya kemiripan dengan batik Indonesia, bisa terjual dengan baik khususnya bagi kalangan atas.
Sedangkan CEO Tomiya Tektile, Yoshihisa Tomiya mengungkapkan bahan yang dibuatnya menggunakan ulat sutera dari Indonesia sejak 10 tahun lalu.
Baca: Kamar Pribadinya Ditembak, Habib Rizieq dan Keluarga Bertolak ke Mekkah
Sekitar 80 produk termasuk tenun Nishijin dengan pola batik yang dibuat dengan pola kerajaan sangat elit dibuat dan dipamerkannya.
Tenun Nishijin dari Kyoto, berasal dari nama tempat pada saat Perang Nishigun pada saat Yamana Sozen atau Yamana Mochitoyo yang menempatkan Honjin (pangkalan komandan perang) di sana.
Wilayah ini di barat laut Kota Kyoto dipenuhi pabrik tenunan Nishijin, misalnya di daerah Kamigyo-ku, Kita-ku, selatan ada daerah sekitar alur Imadegawa, utara ada di sekitar Kitaooji, lalu sebelah timur di sekitar alur Horikawa, dan sebelah barat ada di sekitar jalan Senbon(dori).
Tradisi tenun Nishijin ini telah ada sejak abad ke-5 dan di Jepang kini dikoordinir oleh Asosiasi Tekstil Industri Nishijin.