News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Diselidiki, Dugaan Keterlibatan Korea Utara dalam Serangan Siber Dunia

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Windows Vista, satu dari delapan seri OS Windows yang rentan menjadi korban serangan virus Ransomware.

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Dugaan Korea Utara dalang di balik serangan siber global yang menggunakan ransomware Wannacry tengah diselidiki kebenarannya.

Adalah perusahaan keamanan informasi Amerika Serikat (AS), Symantec, tengah menyelidiki kemungkinan peretas Korea Utara terlibat dalam serangan siber global besar-besaran pekan lalu.

Pemerintah AS mengatakan setidaknya 300.000 komputer di 150 negara terkena dampak serangan siber tersebut.

Dalam setiap kasus, virus yang disebut ransomware mengenkripsi data komputer dan membuat penggunanya tidak bisa masuk ke dalam sistem operasi komputer.

Baca: Virus WannaCry Menyerang 17 Perusahaan di Korea Selatan

Pesan kemudian muncul dengan meminta uang tebusan dalam bitcoins apabila ingin mendapatkan aksesnya kembali.

Seorang eksekutif di Symantec, Bill Wright kepada NHK mengatakan bahwa sumber kode peranti lunak yang digunakan dalam gelombang serangan terbaru ini menyerupai dengan peranti lunak perusak atau malware yang digunakan peretas Korea Utara pada masa lalu.

Namun bagaimanapun Wright mengatakan terlalu dini untuk menyebutkan keterlibatan Korea Utara.

Sejumlah pakar teknologi informasi menduga Lazarus Group melancarkan aksinya dari Cina, tapi atas nama rezim Korea Utara.

Lazarus Group diduga terkait dengan serangan siber Wannacry setelah seorang peneliti keamanan Google, Neel Mehta, menemukan kesamaan kode-kode di dalam Wannacry dengan peranti lain yang diyakini diciptakan Lazarup Group.

Bukti lain dipaparkan pakar keamanan teknologi informasi, Profesor Alan Woodward.

Dia menunjukkan keterangan waktu di dalam kode Wannacry dibuat berdasarkan zona waktu Cina.

Hal lainnya, teks bahasa Inggris yang menuntut uang tebusan terdengar buatan mesin, namun tuntutan yang sama dalam bahasa Mandarin tampak ditulis tanpa cela.

"Seperti yang Anda lihat, bukti-buktinya tipis. Namun, bila diselidiki lebih jauh, hasilnya sangat sepadan," kata Woodward.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini