Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, MINDANAO - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dirinya akan bertindak kasar menanggapi serbuan kelompok militan aliansi ISIS di negaranya.
Kota Marawi, Mindanao, Filipina, menjadi sasaran 15 pria bersenjata dari kelompok pemberontak bernama Maute.
mereka menyerbu kota tersebut dan telah menewaskan tiga anggota militer.
Akibatnya, ratusan ribu warga terancam nyawanya.
Pemerintah meminta warga setempat untuk berlindung di rumah masing-masing.
Rodrigo Duterte yang sedang melakukan perjalanan ke Rusia untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, terpaksa pulang cepat untuk menangani serbuan tersebut.
Padahal, Duterte sebelumnya dijadwalkan untuk menandatangani sejumlah kesepakatan antara kedua negara.
"Keberadaan Presiden Duterte secara fisik dibutuhkan di Filipina. Itu penilaian Presiden, prioritasnya selalu melindungi rakyat Filipina," jelas Menteri Luar Negeri Filipina Alan Cayetano.
Atas penyerbuan tersebut, Duterte memberlakukan darurat militer di seluruh daerah selatan Provinsi Mindanao itu yang menjadi rumah bagi 200 ribu orang.
Baca: Filipina Diserang Militan Aliansi ISIS, Warga Diminta Sembunyi dan Kunci Pintu
Baca: Kota Filipina Diserbu Kelompok Aliansi ISIS, Duterte Nyatakan Darurat Militer
"Tidak akan jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Presiden Marcos," kata Duterte, Rabu (24/5/2017), mengumumkan darurat militer itu.
"Pokoknya saya bakal bertindak kasar," lanjutnya.