Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, MARAWI - Jet tempur militer Filipina membombardir lokasi yang diyakini sebagai tempat persembunyian komandan kelompok Abu Sayyaf dan pemimpin kelompok yang telah berbaiat dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), Isnilon Hapilon, Sabtu (27/5/2017).
Sementara itu, pasukan infantri, Sabtu (27/5/2017) berperang untuk merebut kendali kota di Selatan Filipina dari militan ISIS.
Saat penyerangan Warga sipil terlihat melambaikan bendera putih dari jendela mereka untuk menunjukkan mereka bukanlah militan Abu Sayyaf.
Kota Marawi, merupakan tempat tinggal 200.000 orang, telah dikepung untuk memberangus militan sejak serangan Selasa (23/5/2017) malam di tempat persembunyian Isnilon Hapilon yang menjadi DPO teroris paling dicari Amerika.
Isnilon berhasil lolos saat itu dan perjuangan dilanjutkan para pengikut setianya dengan membakar bangunan dan menyandera masyarakat, termasuk seorang imam.
Sejauh ini masih belum diketahui kondisi mereka yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Perang terhadap militan ISIS di Selatan diperintahkan Presiden Rodrigo Duterte sebagai pertanda hukum darurat militer di wilayah itu.
"Saya melihat dua jet menukik dan membombardir pemberontak berulang kali," kata Alexander Mangundatu, seorang penjaga keamanan, kepada The Associated Press di Marawi.
"Saya kasihan warga sipil dan wanita yang berada di dekat daerah yang menjadi wilayah bentrok. Mereka terperangkap dalam konflik dan saya berharap ini berakhir segera."
Juru bicara militer Filipinan Brigjen Restituto Padilla mengatakan pasukan pemerintah bekerja untuk membersihkan kota dari sisa-sisa kelompok Abu Sayyaf.
Katanya terdapat beberapa warga sipil yang menolak untuk mengungsi karena mereka ingin menjaga rumah mereka.
"Tapi kabar baiknya warga sipil tidak ada yang terluka," kata Padilla.
Padilla mengatakan enam militan asing, antara lain dari Indonesia dan Malaysia tewas dalam pertempuran.
Pejabat lain dilaporkan mengatakan terdapat pula militan dari Singapura.
Padilla mengatakan 11 tentara, dua polisi dan 31 militan tewas, membuat korban secara keseluruhan menjadi 46 orang.
Presiden Duterte, Selasa (23/5/2017) malam memberlakukan darurat militer di Mindanao menyusul baku tembak antara tentara dan kelompok bersenjata di kota Marawi City.