Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Dua warga negara Malaysia yang tewas dalam pertempuran antara kelompok militan dan militer Filipina di Marawi, Filipina Selatan dianggap tidak memiliki pendidikan agama Islam yang benar.
Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan mereka sebaliknya telah mencari jalan pintas ke surga dengan melakukan tindakan yang dianggapnya sebagai jihad.
"Mereka tidak memiliki pendidikan Islam apapun, tetapi mereka ingin menjadi martir," katanya ketika meluncurkan program pembelajaran dan resital Quran di Masjid Al Hidayah, Kampung Sungai Penchala di Malaysia, Sabtu (27/5/2017).
Dua warga Malaysia diyakini masuk dalam 13 militan yang tewas dalam bentrokan di Filipina Selatan.
Bentrokan terjadi ketika pasukan Filipina sedang memburu pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon dan kelompok Maute.
Sementara, Ahmad Zahid mengatakan mereka yang tidak mengerti Alquran cenderung terlibat dalam tindakan terorisme.
Karena mereka sering menyalahartikan ajaran Alquran.
Dia mengatakan mereka juga menjadi terobsesi dengan individu tertentu yang membuat penggunaan agama dan tindakan yang dilakukan menyimpang dari ajaran-ajaran AlQuran.
Ahmad Zahid mengatakan survei Malaysia terkini menemukan 87 persen dari mereka yang terlibat dalam kegiatan teroris tidak memiliki dasar pendidikan agama yang baik dan benar.
Untuk itu dia mengatakan pemerintah telah mengambil sikap yakni menahan mereka yang terlibat dengan kelompok-kelompok teroris dan melakukan program-program deradikalisasi untuk merehabilitasi mereka.
"Kita berdoa bahwa tidak ada tindakan-tindakan terorisme yang terjadi di negara kita," tambahnya.
Sejumlah militan asing, antara lain dari Indonesia dan Malaysia, menjadi korban tewas dalam pertempuran kelompok militan dan militer Filipina di Marawi, Filipina selatan.
Juru bicara militer Filipina, Brigjen Restituto Padilla, mengatakan enam militan asing, antara lain dari Indonesia dan Malaysia, tewas dalam pertempuran.
Pejabat lain mengatakan terdapat pula militan dari Singapura.
Padilla mengatakan 11 tentara, dua polisi, dan 31 militan tewas, membuat korban secara keseluruhan menjadi 46 orang. (BERNAMA)