TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Serangan teror di Inggris, Minggu (4/6/2017), disebut mengerikan oleh sejumlah saksi mata.
Insiden mematikan terjadi di London Bridge dan Borough Market, London, Inggris, yang telah menewaskan tujuh orang dan melukai 48 orang.
Baca: JK Akan Temui Bos Sumitomo-Mitsui, Apa yang Akan Dibicarakan?
Sebuah van tiba-tiba menyambar sejumlah pejalan kaki di London Bridge, disusul aksi penikaman di daerah wisata kuliner Borough Market.
Beberapa saksi mata mengatakan insiden tersebut mengerikan, terlebih saat sebuah van menabrak sejumlah orang yang melintas di London Bridge.
"Saat itu kami melintas dekat jembatan itu dan tiba-tiba arus lalu lintas terhenti. Banyak orang keluar dari mobil dan berlarian ke arah kami," cerita seorang saksi mata, Lorna Murray.
"Ternyata ada sebuah van putih menabraki orang-orang yang melintas," katanya.
Lorna Murray mengatakan dirinya kemudian melihat banyak korban yang terbaring di jalanan, sembari van tersebut menabrak pembatas jalan dekat Borough Market.
Lalu, muncul tiga orang yang membawa senjata tajam berlari ke arah Borough Market dan mulai menikam orang-orang secara membabibuta.
"Saya sedang menengok ke arah kanan dan terlihat ada seorang pria memegang sebuah pisau besar," ucap seorang saksi mata lain, Andrew.
"Sangat mengerikan. (Para pria bersenjata itu) menikam orang-orang begitu saja. Jahat sekali," tambahnya.
Perdana Menteri Theresa May mengecam insiden tersebut sebagai serangan teror, yang menurutnya berakar dari "ideologi jahat ekstremis".
"Cukup sudah! Setiap orang seharusnya menjalani hidup mereka secara normal saja. Kita terlalu banyak menolerir ekstremisme," tegas Theresa May.
Kelompok ISIS telah mengklaim serangan tersebut melalui kantor beritanya, Amaq, Senin (5/6/2017), dan menyebutkan bahwa militannya yang melakukan aksi mematikan itu.
Sejauh ini, polisi setempat menangkap 12 orang di London terkait serangan di kota itu.
Disebutkan bahwa orang-orang yang menjadi korban dalam insiden tersebut termasuk warga dari Inggris, Kanada, Australia, Prancis, Jerman, dan Spanyol.
Sedangkan, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) melalui Twitter mengonfirmasi bahwa Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia di London sampai saat ini belum menerima info soal korban WNI. (New York Times/The Sun/NPR)