Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mainan bola kerajinan tangan yang dirajut warna-warni ini dinamakan Temari, sudah ada di Jepang sejak zaman Heaian antara tahun 794 - 1185.
Di zaman dulu Temari hanya dimiliki serta dimainkan sebagai game oleh kalangan elit para aristokrat bangsawan dan raja-raja di Jepang.
Memasuki zaman Edo antara tahun 1603 - 1868, produksi Temari mulai populer di Jepang dengan bola kapasnya disebut Sanuki Sanpaku sehingga masuk ke sektor swasta di masyarakat.
Awalnya sebagai mainan bola kalangan bangsawan, terutama pria, ditendang-tendang ke atas di serambi istananya sambil bergerak ke kanan lalu balik lagi ke kiri (bukan permainan seperti sepakbola).
Belakangan permainan bola Temari ini juga dimainkan kalangan wanita.
Di zaman Meiji antara tahun 1868 - 1912 Temari lebih terkenal dengan bola karetnya.
Baca: Tempelkan Stiker Larangan Masuk, Wanita Pemilik Bar Disayat-sayat Bos Yakuza Jepang
Sedangkan dulu temari dibuat antara lain dengan membungkus beras dengan kain, membentuk bulat seperti bola, lalu dibelit-belitkan benang warna warni sehingga tertutup kain barulah dirajut dengan benang warna-warni serta hiasan pelengkap.
Salah satu pelaku temari yang terkenal, dari Sanuki Kagawari Preservation Society, Kazuo Araki dan istrinya memfokuskan Temari kepada kecantikan kepemilikan pribadi.
Saat ini produksi Temari walaupun telah memasyarakat, hanya diproduksi di 20 tempat di Jepang saja. Salah satunya di Perfektur Kagawa.
Kazuo Araki mengusulkan Pemda Kagawa membentuk Museum Seni Tradisional Sanuki di Taman Kuribayashi dan keliling Jepang untuk mempromosikan Temari.