TRIBUNNEWS.COM, ISTANBUL - Diyanet, sebagai badan urusan keagamaan Turki menyatakan ketidaksukaannya terhadap keberadaan sebuah masjid baru di Berlin, Jerman.
Di masjid itu pria dan wanita berbaur dengan bebas.
Pihak Turki pun mengatakan bahwa hal itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Diyanet yang mengawasi kegiatan keagamaan di Turki, menilai, gagasan semacam itu sejalan dengan proyek yang dipimpin kelompok Fethullah Gulen.
Gulen adalah tokoh yang dituduh sebagai dalang kudeta yang gagal 15 Juli tahun lalu.
Di masjid yang baru dibuka pada awal bulan ini, pria dan wanita berdoa berdampingan.
Bahkan di masjid ini memiliki perempuan menjadi imam.
Semua aliran dalam Islam diperbolehkan beribadah di tempat itu.
Pendukung masjid Berlin mengaku akan mengizinkan Muslim liberal untuk beribadah dengan bebas.
Namun, Diyanet mengambil sikap yang berbeda.
Dikatakan, masjid itu telah mengabaikan prinsip dasar Islam, dan tidak sesuai dengan ibadah, pengetahuan, dan metodologi yang ada.
"Sudah jelas bahwa ini adalah proyek yang telah dilakukan bertahun-tahun oleh FETO (Fethullah Terror Group), dan struktur buruk lainnya untuk rekayasa agama."
"Kami yakin bahwa semua orang percaya akan menjaga jarak dari provokasi semacam itu, dan menunjukkan kebijaksanaan dalam menghadapi hal ini," kata Diyanet dalam pernyataan yang dipublikasikan Selasa malam, seperti dikutip AFP.
Turki mengatakan bahwa kudeta yang gagal tersebut dilakukan oleh FETO yang dipimpin oleh Gulen yang bermarkas di AS.
Namun, Gulen membantah memimpin organisasi teror dan menolak tuduhan sebagai dalang kudeta.