Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, DAVAO - Di sebuah taman kota Filipina, berdiri sebuah monumen penghormatan untuk seorang pahlawan nasional Indonesia.
Sosok tersebut bukanlah Presiden ke-1 RI Soekarno, yang populer di kalangan publik dunia sebagai Proklamator Kemerdekaan Indonesia.
Jadi, siapakah dia?
Baca: Hari Kemerdekaan, Patung Lilin Jokowi Tampil di Madame Tussauds Singapura
Ia adalah Dr Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau yang lebih dikenal sebagai Sam Ratulangi, pahlawan nasional dari tanah Minahasa, Sulawesi Utara.
Sekitar 600 kilometer dari Manado, Sulawesi Utara, Monumen Sam Ratulangi didirikan di Freedom Park (Taman Merdeka), Kota Davao, Filipina.
Pada monumen tersebut, tampak wajah Sam Ratulangi, sosok yang selama ini dikenal sebagai aktivis kemerdekaan Indonesia.
Lahir pada 5 November 1890, Sam Ratulangi kerap ditangkap pemerintah kolonial Belanda atas suaranya yang menentang kebijakan kolonial.
Gubernur Provinsi Sulawesi Utara pertama pada 1941 itu juga aktif menulis tentang Indonesia dan kritiknya terhadap pemerintah kolonial.
Sam Ratulangi dikenal atas pemikirannya melalui ungkapan berbahasa Minahasa "Si tou timou tumou tou" yang artinya "manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia".
Oleh Soekarno, Sam Ratulangi dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada Agustus 1961.
Semua itu atas keberanian dan kegigihan Sam Ratulangi dalam menyuarakan penolakan terhadap pemerintah kolonial semasa hidupnya.
Di Kota Davao, Monumen Sam Ratulangi diposisikan di Millenium Park, satu dari dua taman yang dikategorikan sebagai 'freedom park' di kota itu.
Pemerintah daerah di Filipina memang diwajibkan untuk membuat sebuah 'freedom park', di mana warga bisa bebas menyampaikan pendapat melalui aksi damai atau unjuk rasa.
Dengan demikian, ditempatkannya Monumen Sam Ratulangi di 'freedom park' Davao seakan menjadi inspirasi bagi warga setempat untuk berani dan gigih dalam menyuarakan pendapat.
Monumen Sam Ratulangi sebenarnya menjadi bentuk penghormatan warga setempat kepada pahlawan dari kota tetangganya itu, Manado.
Selain itu, monumen tersebut juga menjadi penanda persaudaraan antara Davao dengan Manado, yang sudah terjalin sejak 1993. (Davao Today)