Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pusat Penelitian Konservasi Panda Raksasa di Wolong, Tiongkok, berdiri di atas lahan dengan luas sekitar 150 hektare.
Kawasan ini punya 59 kandang penangkaran panda raksasa, pusat pemesanan turis, gedung perkantoran penelitian ilmiah, pusat pendidikan sains, rumah sakit hewan, pusat energi, ruang layanan pendukung, transisi panda raksasa, dan area pelatihan liar.
Tanggung jawab dan tugas pusat konservasi tersebut, yakni menciptakan kondisi untuk memperbaiki tingkat reproduksi dan tingkat kelangsungan hidup populasi panda raksasa.
Area konservasi dibangun di kaki gunung. Kandang panda dibuat sedemikian rupa persis habitat aslinya di hutan.
Panda tak hanya diberi makan bambu sebagai makanan pokoknya. Panda juga diberi kue berbahan tepung dan buah atau sayuran untuk menambah nutrisi.
Sebagai hewan solitare atau penyendiri, pengembangbiakan panda tidaklah mudah. Panda memiliki kebiasaan hidup sendiri sendiri.
Selain itu, masa kawin pada panda sangat singkat. Panda hanya dua atau tiga hari dalam setahun memiliki hasrat untuk kawin.
Saat dikawinkan, belum tentu panda betina bisa langsung hamil. Karena itu, campur tangan manusia seperti inseminasi buatan juga harus dilakukan.
Saat ini, populasi panda di Wo Long mencapai 272 ekor. Jumlah ini meningkat pesat dibanding tahun 1983 kala Wo Long hanya punya enam ekor panda.(*)