TRIBUNNEWS.COM, BRASILIA - Tinggi badan Gabriel Gomes sudah mencapai 2,3 meter.
Usia Gabriel Gomes baru 12 tahun.
Demi menghentikan pertumbuhan tulangnya, Gabriel Gomes yang disebut menderita gigantisme, harus menjalani operasi otak yang penuh risiko.
Sebab jika dibiarkan, pertumbuhan tak lazim itu bisa mengganggu kinerja organ tubuh lain, hingga akhirnya berujung pada kematian.
Gigantisme merupakan kelainan yang disebabkan oleh tumor di kelenjar piuitari, yang memicu hormon pertumbuhan secara berlebih.
Baca: Romo Benny: Romo Magnis Sesak Nafas Saat Ceramah
Kondisi yang sama juga diderita Richard Keil, seorang aktor yang berperan di film The Spy Who Loved Me.
Musuh Bond itu didiagnosa mengalami akromegali.
Akromegali adalah istilah penyakit "raksasa" yang didapati saat usia dewasa.
Sementara, gangguan perkembangan serupa yang didapati sebelum fase pubertas dikenal sebagai gigantisme.
Berpikir mati
Gabriel menjelaskan bagaimana tinggi badannya mempengaruhi kondisi jasmani dan emosionalnya.
"Tinggi badanku sangat menganggu, aku ingin hidup normal," kata dia seperti dikutip Daily Mail, Kamis (19/10/2017).
"Aku merasakan sakit, dan kakiku nyeri sekali. Terkadang, punggungku terasa sakit karena bungkuk," lanjut dia.
Bocah itu mengaku ingin terlihat seperti anak usia 12 tahun lainnya.
Dia juga kesulitan untuk mencari sekolah yang mau menerimanya.
"Aku berharap bisa bersekolah setelah dioperasi," ucap dia.
Pada usia 10 tahun, Gabriel menjalani operasi pertamanya dan menghabiskan waktu sebulan di rumah sakit.
Kendati operasi tergolong berhasil, --dokter menjangkau otaknya melalui hidung, namun mereka tidak bisa melenyapkan semua tumor yang terus bertumbuh.
"Dia berpikir dirinya akan mati," ujar ibu Gabriel, Ricardene.
Setelah dua tahun, Gabriel membutuhkan operasi darurat.
Baca: Kisah Kakek Berusia 80 Tahun Rela Datangi Indonesia dari Suriname Demi Lacak Keluarga
Apabila gagal, tak ada yang bisa menghentikan laju pertumbuhan tulangnya, dan fungsi organ tubuh lainnya bisa mengalami kegagalan.
Ahli Hormon, Dr Flavio Cadegiani mengatakan, gigantisme merupakan penyakit langka yang bisa membahayakan hidup.
"Penderitanya bisa meninggal dalam 15 tahun ke depan. Jadi dia harus menjalani operasi baru," kata Cadegiani.
Prosedur berisiko
Akhirnya, sang ibu harus menyiapkan operasi otak di RS Das Clinicas di Sao Paulo yang berjarak 874 kilometer dari tempat tinggal keluarga Gabriel.
Operasi ini merupakan kali kedua bagi Gabriel. Operasi yang berfokus pada bagian kraniotomi itu akan lebih berisiko dibandingkan operasi pertama.
Dokter akan mengangkat bagian tulang dari tengkorak, untuk menjangkau bagian otak.
Kemudian tulang penutupnya akan dilepaskan sementara, dan akan diganti setelah operasinya selesai.
Sebab, berdasarkan pemeriksaan MRI yang meninjau hasil pengangkatan tumor di operasi sebelumnya, ditemukan adanya komplikasi lanjutan.
Baca: Sadis, Ketua DPRD Tewas Ditusuk Pisau oleh Istrinya
Komplikasi itu dinyatakan berbahaya karena mendekati pembuluh darah yang penting, yang disebut karotid.
Operasi akan memiliki efek samping seperti pembekuan darah, pendarahan di otak, kejang, stroke, dan koma, bahkan bisa berakibat kematian.
Namun, apabila Gabriel tidak menjalani operasi itu, kematian tetap akan menghantuinya. (VERONIKA YASINTA)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kisah Bocah 12 Tahun Bertinggi Badan 2,3 Meter Berjuang Lewati Maut...